Maaf sayang, selalu menceritakan Rumah itu. Karena Bunda enggan mengingat rumah terakhir kita.
Rumah terakhir kita terlalu dekat dengan rumah Nenekmu, rumah Uak-uakmu, rumah bibi-bibimu. Kakak dan adik Abahmu.
Rumah dimana kau menangis merangkul kaki Bunda. Kau memaksa Bunda untuk kembali kepada Abahmu. Lalu Bunda memurkaimu, sehingga tubuhmu terbanting. Maaf , setelah Abah menceraikan Bunda, ternyata Bunda menemukan kebahagiaan.
“Bunda, mana belas kasihan Bunda. Abah sedang sakit. Di rumah nenek ia terlantar. Inna tak mungkin harus terus mengurus Abah di rumah nenek. Rumah yang mirip neraka itu… Rumah dimana amarah selalu meraja lela tak terkendali…. Rumah dimana diktator yang bernama Nenek itu mengumbar wajah masamnya….Kasihan Abah…..” kau meratap kelu.
Bukan … bukan Bunda tak sayang padamu Nak. Bunda kasihan padamu. Tapi rasa cinta dan kasih sayang Bunda pada Abahmu, sudah pernah menjadi rasa luka mendalam, ketakutan tak terkira, derita demi derita. Rodi, kerja paksa, dan tidak ada penghargaan, dari Abah, apalagi dari nenekmu.
Tiga puluh tahun menjadi istri Abah, pernahkan satu kali saja Abah memandang Bunda dengan lembut dan mesra? Bunda lebih dianggap sebagai seorang pembantu saja. Abahmu tidak pernah melindungi dan membela Bunda saat Nenekmu menindas Bunda. Saat Uak-uak dan Bibi-bibimu menjadikan Bunda pesakitan.
Bunda hidup terseok dalam kemiskinan. Keprihatinan. Dan ternyata selama 30 tahun gaji Abah sebagian besar diberikan kepada Nenek dan Uak Bibimu. Sementara tubuh Bunda terus digerogoti penyakit dan keletihan.
Ketika Abahmu pensiun , mendapat pesangon miliaran, nenekmulah yang menyuruh Abah menceraikan Bunda. Tidak hujan tidak angin. Lalu Abahmu pindah ke rumah ibu kesayangannya. Sampai depositonya ludes. Menjadi miskin dan sakit.
Tapi sungguh ajaib. Tiga puluh tahun tertekan, beberapa bulan semenjak Abah menceraikan…. Tiba-tiba Bunda menemukan kebahagiaan. Bunda merasa tidak punya lagi kewajiban untuk menjadi ‘pembantu’ bagi mertua dan para ipar.
Sampai hari yang naas itu tiba. Inna, saat Abahmu sakit, kau meratap dan memaksa membawa Abah ke rumah baru kita. Bunda membuat tubuhmu terbanting.