Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Aku Pulang Menjelajah Kemarau

14 Juli 2015   10:59 Diperbarui: 8 Juni 2021   03:58 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf sayang, selalu menceritakan Rumah itu. Karena Bunda enggan mengingat rumah terakhir kita.

Rumah  terakhir kita terlalu dekat dengan rumah Nenekmu, rumah Uak-uakmu, rumah bibi-bibimu. Kakak dan adik Abahmu.

Rumah dimana kau menangis  merangkul kaki Bunda. Kau memaksa Bunda untuk kembali kepada Abahmu.  Lalu Bunda  memurkaimu, sehingga tubuhmu terbanting. Maaf , setelah Abah menceraikan Bunda, ternyata  Bunda menemukan kebahagiaan.

“Bunda, mana belas kasihan Bunda. Abah sedang sakit. Di rumah nenek ia terlantar. Inna tak mungkin harus terus mengurus Abah di rumah nenek. Rumah yang mirip neraka itu… Rumah dimana amarah selalu  meraja lela tak terkendali…. Rumah dimana diktator yang bernama Nenek itu  mengumbar wajah masamnya….Kasihan Abah…..” kau meratap kelu.

Bukan … bukan Bunda tak sayang padamu Nak. Bunda kasihan padamu. Tapi rasa cinta dan kasih sayang Bunda pada Abahmu, sudah pernah menjadi rasa luka mendalam,  ketakutan tak terkira,  derita demi derita. Rodi, kerja paksa, dan tidak ada penghargaan, dari Abah, apalagi dari nenekmu.

Tiga puluh tahun menjadi istri Abah,  pernahkan satu kali saja Abah  memandang Bunda dengan lembut dan mesra? Bunda lebih dianggap sebagai seorang pembantu saja. Abahmu tidak pernah melindungi dan membela Bunda  saat  Nenekmu menindas Bunda. Saat Uak-uak dan Bibi-bibimu menjadikan Bunda pesakitan.

Bunda hidup terseok dalam kemiskinan. Keprihatinan. Dan ternyata selama 30 tahun gaji Abah sebagian besar diberikan kepada Nenek  dan Uak Bibimu. Sementara  tubuh Bunda terus digerogoti penyakit dan keletihan.

Ketika Abahmu pensiun , mendapat  pesangon miliaran, nenekmulah yang menyuruh Abah menceraikan Bunda. Tidak hujan tidak angin. Lalu Abahmu pindah ke rumah ibu kesayangannya. Sampai depositonya ludes. Menjadi miskin dan sakit.

Tapi sungguh ajaib. Tiga puluh tahun tertekan, beberapa bulan semenjak Abah menceraikan…. Tiba-tiba Bunda menemukan kebahagiaan.  Bunda merasa tidak punya lagi kewajiban untuk menjadi ‘pembantu’ bagi  mertua dan para ipar.

Sampai hari yang naas itu tiba. Inna, saat Abahmu sakit,  kau meratap dan memaksa membawa Abah ke rumah  baru kita. Bunda membuat tubuhmu terbanting.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun