Mohon tunggu...
Petrik Matanasi
Petrik Matanasi Mohon Tunggu... -

Peziarah & Pemerhati Sejarah Nusantara. Asal Balikpapan. Kuliah sejarah 7 tahun di UNY Jogja. Kini tinggal Palembang. Bukan penulis handal, hanya saja suka menulis hal-hal yang humanis. Apapun yang saya tulis atau ucap, sulit sekali bagi saya untuk tidak Historis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Klowor Sang Kopral

15 September 2010   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:14 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

****

Sore itu berjalan menuju tangsi. Apa yang terjadi minggu siang itu seolah telah memberiku segalanya dalam hidup dan merasakan bahwa aku tidak membutuhkan apa-apa lagi di dunia ini. Sore itu aku menjadi manusia baru. Kulitku saja yang inlander sekarang. Jiwaku adalah manusia bebas. Aku bergumam, “terimakasih telah membebaskanku Maria. Aku tidak akan peluk gadis disekitar tangsi lagi. Aku akan berhenti mencumbu Inah, Aini, Rodiah dan wanita lainnya di rumah bordil belakang tangsi. Maria telah memberi yang jauh lebih nikmat. Hanya Maria. Hanya wanita bermata indah saja yang boleh bercumbu denganku.”

Setelah itu Maria adalah wanitaku. Tidak ada yang tahu jika aku menjalin cinta dengan Maria. Hanya aku, Maria dan mungkin Tuhan saja yang tahu. Kami hanya menjadi manusia bebas di rumahnya yang nyaman itu. Di tempat lain orang hanya melihat kami sebagai Wanita Belanda dan serdadu Inlander. Di rumahnya, apalagi di ranjangnya, kami adalah Adam Hawa. Tiada lagu majikan dan babu. Hanya ada Klowor dan Maria diranjang itu.

Sampai tangsi, aku kembali jadi kopral KNIL bangsa Inlander lagi. Kopral Klowor si pembela panji-panji sang Ratu Singa. Peluit tanda berkumpul berbunyi. Kami berbaris rapi untuk sang Ratu, dengan bangga tentunya. Kapten Ruitenbeek, komandan kompi kami pun datang. Dia tampak berwibawa dengan tanda pangkat dan kumisnya yang melintang.

Kami berhitung dan kemudian yakin bahwa semua tidak ada yang absen. Kapten Ruitenbeek lalu bicara pada kami dalam bahasa melayu. “Sore ini, dengan bangga kita punya kompi akan dapat tugas. Kita musti bantu pasukan Mayor Rhemrev di Padang. En (dan) besok semua musti siap berangkat ke Tanjung Priuk. Siapkan kalian punya bedil! Untuk kejayaan Ratu! Je Matendrei!” (Kita akan berkuasa selamanya)”

Apel pun bubar. Aku hanya berdiri melihat langin di lapangan tangsi. Kapten Ruitenbeek pun lewat dihadapanku dengan gagah.

“Kopral, kami butuh penembak sepertimu! Sang Ratu Membutuhkanmu!” kata Kapten Ruitenbeek padaku sambil menepuk-nepuk pundakku. Tentu saja ini membuatku semakin bangga.

Sore yang cerah ini semakin hebat padaku. Sang ratu memberikan tugas mulia padaku. Dan aku berjanji akan menembak banyak pemberontak untuk sang Ratu. Aku lalu duduk di taman tangsi sambil menikmati senja datang. Lalu aku memikirkan Maria. Aku bingung bagaimana aku harus memberi tahunya. Tidak mungkin kupikir. Akupun segera melupakan Maria sejenak. Hanya ada membidik dan menembak pemberontak saja dalam kepalaku.

Esoknya, kamipun berangkat seperti yang direncanakan. Enam bulan kami di Padang. Aku menembak banyak pemberontak. Juga menyaksikan kekejaman Mayor Rhemrev yang memenggal banyak kepala para pemberontak. Kami sukses. Kamu komunis tidak lagi melawan karena sudah dihabisi KNIL. Dan tentu saja kami bangga. Kamipun kembali ke tangsi kami. Di Batalyon X lagi. Aku pun kembali memikirkan Maria. “Dia sudah tidur dengan siapa sekarang?” Aku tidak peduli, matanya masih tetap indah.

****

Aku mulai plesir lagi. Rumah Maria adalah sasaranku. Aku tidak peduli jika dia melupakan inlander macam aku. Tapi apa salahnya mengunjunginya. Aku melihatnya, berdiri depan pintu. Masih dengan senyum seperti enam bulan yang lalu. Aku menghampirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun