Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ritual Pesugihan Gunung Kawi

7 Februari 2020   22:41 Diperbarui: 7 Februari 2020   23:29 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baju lusuh yang ia kenakan mulai mengeluarkan aroma tak sedap.  Keringat dingin bercampur air hujan.  Ia merasakan makhluk melata melewati tubuhnya. Kelabang, kalajengking,  bahkan ular menaiki tubuhnya. Bahkan suara mendesis mampir di telinganya.

Malam ketiga,  Kang Kirman seperti sudah tidak tahan. Merasakan badannya sudah lunglai.  Tapi ia masih punya semangat karena ini malam terakhir,  ia harus tetap bertahan.  Malam hari tak hanya bayangan yang menari.  Tapi wujud nyata dalam pandangannya. Seringai  wajah-wajah astral mengganggunya.  Menyentuh kepala dan badannya sambil mengeluarkan suara yang tak ia fahami maksudnya.

Tubuh Kang Kirman serasa bergoyang.  Tapi dalam pejam ia tetap bertahan menangkupkan tangan setenang mungkin. Hingga tanpa sadar ia seperti melepas sukma.  Tertidur pulas dalam semedi di hari terakhir.

Pagi hari,  juru kunci membangunkan,  sambil memegang daun Dewandaru yang telah menguning.  Hinggap di tubuh kang Kirman.

Bahu kang Kirman ditepuk pelan.

"Permintaan gaib bapak diterima", kata juru kunci.

Kang Kirman lemas,  bahkan ia harus dituntun untuk sampai ke sebuah ruangan.  Nasi selamatan dengan ingkung ayam jantan sudah tersedia. Setelah meminum ramuan pemberian juru kunci,  Kang Kirman merasa badannya lebih segar.  Segera makan nasi selamatan dan berpamit pulang.

Sebelum pulang,  juru kunci berpesan, "jangan lupa tiap tanggal 12 bulan Syura bapak harus ke sini"
kang Kirman mengangguk tanda faham.

Sampai di rumah istrinya ngomel-ngomel,  bertanya kemana saja selama tiga hari tidak ada kabar.  Istrinya bilang,  listrik air belum di bayar.  Kemarin Pak RT menanyakan uang bulanan,  beras habis,  gula habis,  semua kebutuhan sudah tak ada persediaan.

Kang Kirman hanya diam,  mengingat semua pesan juru kunci untuk tetap tenang.

Ia masuk ke kamar,  mengambil pisau dan benang jahit.  Lalu memasukkan daun Dewandaru ke dalam bantal yang biasa ia pakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun