Dituntun juru kunci, Kang Kirman mengikuti ritual pensucian diri di sebuah kolam khusus. Rasa dingin yang menggigit tulang sudah tak lagi ia hiraukan.
Selesai mandi,  juru kunci menebas daun pohon pisang dan meletakkan di bawah sebuah pohon  yang konon bernama Dewandaru.
"Bapak duduk di atas daun pisang selama 3 hari 3 malam, Â usahakan tidak kencing atau tidak mengeluarkan kotoran. Andai bapak tidak bisa menahan, Â jangan bergeser dari tempat duduk. Berak dan kencinglah di atas daun pisang, Â nanti bisa dibersihkan kalau ritual sudah selesai"
Itu pesan juru kunci sebelum kang Kirman melakukan tapa semedi tanpa makan minum selama tiga hari.
Sebelum pergi juru kunci memberikan pesan, Â " Nanti kalau sudah tiga hari akan ada daun Dewandaru yang jatuh di badan, Â itu pertanda permintaan gaib bapak disetujui"
Lalu Kang Kirman memulai semedi. Â Malam pertama, Â nyamuk dan hewan kecil mengganggunya. Ia mulai tersiksa. Â Bahkan seekor semut masuk ke dalam celananya. Â Tapi ia terus bertahan. Â Malam itu lokasi makam hujan deras, Â petir menggelegar disertai kilat menyapu. Â Ia samar-samar melihat bayangan berbagai jenis makhluk halus menari-nari di depan matanya. Ia ingat pesan juru kunci untuk tetap bertahan. Â Terjaga dengan mata terpejam sambil terus merapal mantra yang diajarkan juru kunci.
Lalu terdengar kokok ayam, bersahutan dari seluruh pelosok kampung, Â pertanda pagi menjelang. Â
Dalam ruangan yang lembab ia merasakan badannya mulai dingin. Â Lapar dan haus menyerangnya. Mulut nya asam. Mengingatkan sebatang rokok yang ia selipkan di pintu dapur rumahnya.
Sebentar ia terhuyung, Â hampir jatuh. Â Tapi ia ingat pesan juru kunci agar jangan sampai rebah. Â
Lalu sayup-sayup terdengar azan dari kejauhan. Pertanda maghrib telah datang. Mengingatkan kan Kirman yang sudah lama tak  sembahyang. Â
Ia terus bertahan. Tengah malam suara lolong anjing memecah kesunyian. Â Dingin, Â sepi menggigil. Untung ia tak merasa ingin kencing atau buang hajat. Â Karena sebelum semedi ia memang belum sempat makan apa-apa. Â