Lalu mereka saling berinteraksi. Bercerita tentang latar belakang masing-masing mengapa bisa sampai ke tempat ini.
Mereka berdua pun segera mencari informasi. Lalu bertemu juru kunci dan mendapatkan tuntunan untuk melakukan ritual.
Juru kunci membakar kemenyan dalam sebuah ruangan dan menabur bunga. Lalu memberikan sarung kaepada kedua orang ini. Â
"Bapak sama ibu mandi dulu di danau Trowulan", kata juru kunci. Nanti kalau sudah selesai ke sini lagi.
Kang Pardi dan pasangannya dan puluhan pasangan lain secara tertib mandi di danau Trowulan. Rasa dingin dan gigitan nyamuk nyaris tak mereka rasakan karena tujuan hidup berkecukupan.
Setelah melakukan ritual mandi, mereka datang lagi pada juru kunci. Mereka menerima selembar sarung lagi.
"Monggo cari tempat yang nyaman, nanti sarungnya ditinggal saja kalau sudah selesai. Sudah ada yang mengurusi".
Ragu, dan jantungnya berdegup keras saat kang Pardi mulai mencaru tempat sepi. Dalam kegelapan malam mereka terus berjalan mencari celah. Ia sebenarnya berkeinginan menggandeng tangan pasangannya. Tapi keraguan hatinya menolaknya. Beberapa kali mereka menyandung gerumbul dikira semak dan berteriak "aduh", Â yang ternyata adalah pasangan mesum seperti dirinya yang sedang melakukan ritual seks bebas.
Akhirnya di bawah sebatang pohon yang cukup besar, mereka berniat melakukan ritual. Plastik lebar 1X1 meter sebanyak dua lembar pun mereka gelar. Diantara degup jantung yang terus membahana, kang Pardi bertanya, "kata juru kunci kita harus melakukannya dengan melepas semua pakaian, bagaimana mbak?"
"Manut saja", jawab pasangannya dengan enteng.
Kang Pardi merasa malu melakukan ini. Seumur hidup ia tidak pernah melakukan hubungan badan kecuali dengan istrinya.