Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[FITO] Meniti Tapak Pemulung

24 Agustus 2016   08:41 Diperbarui: 24 Agustus 2016   09:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Titian langkah pemulung wanita"][/caption]

Bondan Kaja menatap langit. Sesungguhnya apa yang ada di atas sana, pikir Bondan Kaja. Bondan Kaja sungguh penasaran. Sudah sejauh ini Bondan Kaja melangkah, mengapa langit tak pernah berubah. Bondan Kaja pernah melihat langit dari sebuah lembah. Bondan Kaja juga pernah melihat langit dari lereng gunung. Bondan Kaja bahkan sudah melihat langit dari puncak gunung seperti saat ini. Tapi menurut Bondan Kaja, dari mana pun Bondan Kaja melihat langit, langit tak pernah berubah.  Hatinya kemudian menjadi gundah. Apakah sia sia perjalanan yang pernah dia lakukan ? Apakah tidak mungkin Bondan Kaja mendapatkan apa yang diidamkannya dalam hidup ini ? Apakah Bondan Kaja belum juga dianggap orang yang berhasil ? Apakah Bondan Kaja harus melakukan perjalanan ke gunung yang lebih tinggi lagi, supaya dapat berhasil mencapai cita citanya ?

"Bondan Kaja"

Tiba tiba Bondan Kaja dikejutkan oleh suara yang sangat dikenalnya. Suara Satria.

Satria yang merupakan ikon pada game on line Sanghurimon Go. Satria terkadang mengeluh kecapaian kepada Bondan Kaja. Bondan Kaja merasa memang keterlaluan terhadap Satria. Bondan Kaja kalau sedang lagi "on", sering bukan hanya lupa waktu, tetapi lupa tempat, kalau sedang asyik bermain S-Go. Satria yang kadang lari dari salah satu counter butik, harus segera berpindah tempat pada counter pakaian dalam. Bondan Kaja sering keki kalau Satria sembunyi pada counter pakaian dalam. Karena Bondan Kaja jadi malu sendiri kalau kemudian tanpa sadar hidungnya mengenai salah satu pakaian yang sedang dipajang. Satria tertawa sambil terus berlari ke counter lain, atau bahkan lalu pergi ke jalan raya. Kalau perlu Satria lalu pergi ke suatu lembah. Satria tahu Bondan Kaja pasti akan mengejarnya. Bahkan setelah dari suatu lembah Satria pergi ke lereng gunung pun Bondan Kaja mengejarnya. Hari ini Satria memancing Bondan Kaja naik ke puncak sebuah gunung. Bondan Kaja tetap mengejar berusaha menangkap Satria. Bondan Kaja seperti sudah melupakan semuanya kalau sudah bermain S-Go.

Namun satu hal yang Satria puji dari Bondan Kaja.  Bondan Kaja mau diajak dialog.

Banyak orang kalau sudah berkuasa atau mendapatkan tempat kedudukan yang bagus di masyarakat sering terjangkit penyakit sombong, lupa diri dan selalu merasa sibuk bahkan sampai merendahkan orang lain. Sehingga jarang mau diajak dialog. Apalagi kalau yang sering ke luar dari mulutnya adalah kebanggaan diri terhadap yang lebih tinggi, sumpah serapah terhadap yang lemah, tentu Satria muak dengan pemimpin seperti itu. Boro-boro diajak dialog. Baru minta waktu untuk bertemu saja, dijawab, cukup satu menit.

Namun Bondan Kaja, bukan pejabat yang seperti itu. Bondan Kaja masih mau diajak dialog. Seperti saat itu.

Beberapa kali Bondan Kaja, Satria lihat termenung setelah melihat ke atas. Satria melihat Bondan Kaja memandang ke langit.

"Bondan"

"Satria"

"Mengapa kuperhatikan, setiap kamu melihat ke atas, ke arah langit, kamu lalu termenung ?"

"Satria. Sungguh aku penasaran. Aku merasa sudah memperoleh segalanya, tetapi ...", Bondan Kaja menghentikan ucapannya dan kembali wajahnya termenung.

"Memperoleh segalanya, tetapi. Apa yang Bondan maksud dengan memperoleh segalanya. Mengapa harus ada tambahan tetapi ?", ganti Satria yang sekarang penasaran.

"Satria dalam kehidupanku, ibarat dari lembah, kemudian berangsur  naik ke lereng gunung, lalu naik lagi ke puncak gunung, seperti yang kau lakukan ini. Sesungguhnya sudah banyak yang kudapatkan."

"Alhamdullilah. Satu hal positif, Bonda.  Bila seseorang, apalagi pemimpin seperti kamu, kalau dalam hidup sudah merasa berhasil, tinggal bagaimana mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT tersebut."

"Karena masih banyak orang yang masih merasa belum beruntung. Masih banyak orang yang merasa gagal dalam hidup. Masih banyak orang yang masih merasa hidupnya sengsara. Namun juga masih banyak orang selalu ingin merasa lebih dan lebih lagi."

"Tidak puas menjabat satu kali. Ingin ikut pemilihan lagi. Tidak puas jabatannya diganggu, mau bekerja terus, walaupun diharuskan cuti."

"Tidak puas sudah mendapat promosi dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi,  mempunyai keinginan untuk mempunyai jabatan yang lebih dan lebih tinggi lagi."

"Tidak puas ..."

"Satria. Sudah Satria. Jangan kau lanjutkan lagi. Aku ...", lirih Bondan Kaja.

"Satria, aku memang sudah merasa sukses dengan jabatan yang kudapatkan sekarang ini. Aku bahkan sudah bersyukur kepada Allah SWT, karena lewat seseorang, aku diberi kepercayaan untuk mempunyai tanggung jawab menunaikan tugas membangun suatu negeri."

"Namun setiap di setiap kulihat langit. Aku menjadi penasaran. Mengapa langit dilihat dari mana saja, tidak pernah berubah. Langit selalu di atasku. Langit selalu jauh dariku. Haruskah aku mencari puncak tertinggi sehingga aku dapat melihat apa yang ada di langit."

"Ular naga yang panjang saja, bahkan lebih sering menggeliat di tanah datar. Bahkan akhir akhir ini sedang sibuk menyusuri banyak pulau. Kapan ular naga dapat mengantarku ke atas, untuk mencapai langit."

"Bondan Kaja", seruku

"Ya. Satria."

"Memang kau pikir di langit ada apa ?"

"Aku ingin melihat surga, Satria. Kalau pun belum bisa, mencium bau surga pun jadi. Aku berharap dapat mencium bau surga. Sokur sokur aku dapat melihat penghuni surga, jika aku bisa sampai ke langit."

"Bondan Kaja. Mainkan S-Go."

Bondan Kaja terkejut mendengar Satria berteriak keras. Tetapi hanya sebentar, dengan penuh kegirangan Bondan Kaja segera memainkan game online Sanghurimon Go. Dilihatnya Satria lari ke bawah. Bondan Kaja mengejarnya. Tiba-tiba Satria menghilang di suatu kamar ICU sebuah rumah sakit. Dilihatnya mBak Wahyu sedang duduk di sebuah kursi, ke dua tanganhya berpegangan pada sebuah tempat tidur. Wajah mBak Wahyu berseri, walaupun dari bola mata mBak Wahyu, menitikkan air mata. Bondan melihat itu air mata bahagia.

"Kau ... kau sudah bangun, Jil"

Kemudian Bondan Kaja melihat ada seorang gadis dalam posisi berbaring, namun seakan memandang ke arahnya sambil tersenyum, Bondan mendengar suara lirih, panggil aku Jil ... ya, panggil aku Jil.

Bondan Kaja hanya dapat termenung melihat itu semua. Bondan Kaja masih tertegun melihat bagaimana ke dua makhluk itu kemudian berpelukan dan seolah saling berjanji untuk saling lebih menyayangi, sampai kemudian Bondan Kaja tersentak, ketika menyadari Satria diam-diam telah beringsut dari ruang ICU tersebut. Kontan Bondan Kaja, segera mencari di mana posisi Satria berada.

Bondan Kaja kembali dibuat terkejut oleh tingkah laku Satria yang tiba-tiba berpose aneh aneh mengikuti beberapa muda mudi yang lagi asyik berfoto dengan berbagai kostum manusia super seperti Superman, Spiderman, Captain Amirica, bahkan Satria nampak bangga berfoto narsis dengan Bang Bo yang lagi asyik berkostum Batman. Seolah Satria ingin menunjukkan bahwa dengan bisa berfoto narsis dengan berbagai orang yang berkostum manusia super tersebut biar nampak kekinian.

Bondan Kaja berpikir, mungkin Satria sudah merasa menjadi orang luar biasa kalau sudah nampak kekinian. Jangan jangan Satria sudah pula merasa berada di surga, karena dapat berfoto narsis dengan berbagai orang yang berkostum manusia super itu. Harus diakui Satria memang Super. Apalagi kalau sedang mantak aji. Bondan Kaja hanya bisa melongo, apa Satria itu S(uper) Aji, ya ?

"Bonda Kaja. Ayo cepat ke sini."

Kembali Bondan Kaja dikejutkan dengan gerak lincah Satria. Tahu-tahu Satria sudah berada di sebuah poster besar dengan gambar sebuah rumah gubuk yang mengenaskan. Di sana tampak seorang laki-laki yang sedang memberi makan seekor kambing. Rupanya Satria sedang mendekati mBak Na yang sedang sibuk dijepret-jepret kamera wartawan dengan latar belakang poster itu. Pada poster tersebut terdapat barisan kata: https://bersama_mBakNa.com/bantuPakMiskun

"Satria, pandai kamu mencari target, ya. Begitu ada gadis cantik sedang beraksi, kamu tidak mau melewatkan momen surga bersama mBak Ariyani. Huh. Modus modus."

Senyum Bondan Kaja mengembang melihat tingkah Satria yang malu malu belati. Mau maju tapi tak berani. Akhirnya Bondan Kaja pun tak dapat menahan diri, tawanya meledak, sampai perutnya mulas. Tubuh Bondan Kaja hampir terhuyung. Tegang, geli, senang campur aduk merasuki perasaan Bondan Kaja melihat Satria rupanya pandai memanfaatkan situasi. Kondisi itu membuat Bonda Kaja tidak sadar kalau Satria ternyata telah berlalu dari tempat itu.

Tiba-tiba Bondan Kaja, baru menyadari kalau langkahnya mengikuti Satria hampir saja merenggut nyawa, ketika tanpa Bondan Kaja sadari, gulungan ombak besar menerpa tubuhnya. Rupanya pengelana malam Pical Gadi baru saja menyapa. Mendorong tubuhnya ke tepian.

Delapan menit sudah berlalu, Satria pun rupanya tanpa disadari Bondan Kaja, sudah mengikuti rapat mendadak di kantor Syantrei Alifya. Sekelompok anak muda kreatif yang sangat energik, ingin menindak lanjuti gagasan Koalisi Hebat untuk Indonesia yang sempat diposting Iqbal Fadhli Muhammad. Tokoh tokoh berpengaruh terlibat dalam Koalisi Hebat untuk Indonesia versi Iqbal, ada Ridwan Kamil yang moncer sebagai Walikota Bandung, Dino Pati Jalal yang pernah berusaha keras mendorong tumbuhnya peran dan fungsi Diaspora untuk kemajuan bangsa, Imam Shmasi dan Agus Yudoyono. Anak anak muda kreatif dan energik ini ingin menindak lanjuti dengan berbagai kegiatan kreatif, kritis dan produktif untuk mendorong munculnya motivator motivator muda yang bergaya serta bermental juara. Bondan Kaja membayangkan gerakan anak anak muda ini, barangkali dapat membawa Indonesia bukan saja menjadi Bola Mata Dunia, namun bahkan tidak mungkin menjadikan Indonesia menjadi surga dunia.

Untuk sesaat Bondan Kaja sadar dengan tujuan Satria menyuruh dirinya memainkan game online Sanghurimon Go. Satria seperti ingin memberikan gambaran gambaran nyata, jalan jalan menuju surga. Bukan seperti keinginan Bondan Kaja yang selalu ingin menapaki karier yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Hasil tatapannya ke langit, dari lembah, menapak lebih tinggi ke lereng gunung, usaha keras menaiki sampai di puncak gunung pun, ternyata langit tetap tak berubah. Harapannya melihat surga di langit tidak juga tercapai. Namun justru Satria menunjukkan banyak hal untuk mencapai surga, ketika Bondan Kaja melihat ke bawah.

Akhirnya Bondan Kaja menyadari, untuk  seluk beluk berbagai situasi dan kondisi yang menimpa manusia serta bagaimana manusia dari berbagai pelosok bumi menyikapi realitas hidup,  Satri memang bukan hanya mempunyai Ajian Super, tetapi memang Super Aji.

Bonda Kaja segera memainkan S-Go dengan penuh motivasi. Sekali ini Bondan Kaja ingin menangkap Satria dan modelnya untuk mendapatkan intisari jalan jalan menuju surga yang paling praktis, supaya Bondan Kaja dapat menjalaninya. Bondan Kaja tidak ingin kehilangan kesempatan lagi.

Tapi langkah Bondan Kaja segera terhenti. Bondan Kaja mencium bau yang sangat tidak sedap. Bukan itu saja. Bondan Kaja tidak habis pikir, mengapa tiba-tiba sudah asyik ngobrol dengan seorang pemulung wanita yang sungguh sangat tidak menarik. Jangankan Bondan Kaja ingin duduk bersimpuh, biar dapat memperoleh barokah dari Satria maupun pemulung wanita itu. Hanya untuk melihat wanita pemulung yang sedang melayani aksi Satria yang tanpa risi duduk di dekatnya saja, Bondan Kaja sudah jijik melihatnya.

Bondan Kaja kecewa berat dengan aksi Satria kali ini. Bondan Kaja sudah bertekad kali ini, ingin betul betul mendapatkan tujuan yang selama ini hendak dicapai, mencari jalan ke surga, dari aksi Satria, ternyata justru dihadapkan pada kenyataan pahit. Satria kelihatan lupa diri terhadap sekeliling. Tidak peduli, wanita  itu melayani berbagai pertanyaan Satria sambil terus bekerja mengais sampah yang berserak di dekat sebuah pohon hutan wisata, Satria terus berusaha mengajak bicara wanita itu dengan intens. Jengkel hati Bondan Kaja melihat aksi Satria itu.

Begitu sakit hati Bondan Kaja terhadap aksi Satria yang sambil berdialog menatap wajah wanita tanpa henti tetap memunguti sampah dan memasukkan ke dalam karung. Tanpa disadari Bondan Kaja kakinya menendang karung yang didalamnya penuh sampah itu berkali-kali, sehingga isinya tumpah bertebaran ke sana sini.

"Satria", teriak Bondan Kaja.

"Aku mengikutimu untuk mencari surga bukan untuk melihatmu bersama wanita pemulung yang memuakkan ini."

"Bondan"

"Kali ini, kamu sungguh mengewakan aku, Satria", seru Bondan Kaja.

"Bondan"

"Pergi. Satria. Pergi, ke tempat lain. Aku tidak akan lagi mengejarmu. Hubungan kita cukup sampai di sini. Aku tidak akan mempercayaimu lagi."

"Bondan. Coba kau amati, wanita pemulung itu."

"Satria, aku tidak akan mendengar ucapanmu lagi."

"Bondan. Cobalah. Sebentar saja. Amati wanita pemulung itu. Setelah itu pergilah menatap langit."

Dengan hati masih masgul, Bondan mencoba melihat ke arah wanita pemulung itu. Hati Bondan Kaja tersentak. Wajah wanita itu. Wajah yang sering diingatnya. Benarkah ? Bondan Kaja terpana. Bondan Kaja benar benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Wanita pemulung itu Raisa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun