"Mengapa kuperhatikan, setiap kamu melihat ke atas, ke arah langit, kamu lalu termenung ?"
"Satria. Sungguh aku penasaran. Aku merasa sudah memperoleh segalanya, tetapi ...", Bondan Kaja menghentikan ucapannya dan kembali wajahnya termenung.
"Memperoleh segalanya, tetapi. Apa yang Bondan maksud dengan memperoleh segalanya. Mengapa harus ada tambahan tetapi ?", ganti Satria yang sekarang penasaran.
"Satria dalam kehidupanku, ibarat dari lembah, kemudian berangsur  naik ke lereng gunung, lalu naik lagi ke puncak gunung, seperti yang kau lakukan ini. Sesungguhnya sudah banyak yang kudapatkan."
"Alhamdullilah. Satu hal positif, Bonda. Â Bila seseorang, apalagi pemimpin seperti kamu, kalau dalam hidup sudah merasa berhasil, tinggal bagaimana mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT tersebut."
"Karena masih banyak orang yang masih merasa belum beruntung. Masih banyak orang yang merasa gagal dalam hidup. Masih banyak orang yang masih merasa hidupnya sengsara. Namun juga masih banyak orang selalu ingin merasa lebih dan lebih lagi."
"Tidak puas menjabat satu kali. Ingin ikut pemilihan lagi. Tidak puas jabatannya diganggu, mau bekerja terus, walaupun diharuskan cuti."
"Tidak puas sudah mendapat promosi dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi, Â mempunyai keinginan untuk mempunyai jabatan yang lebih dan lebih tinggi lagi."
"Tidak puas ..."
"Satria. Sudah Satria. Jangan kau lanjutkan lagi. Aku ...", lirih Bondan Kaja.
"Satria, aku memang sudah merasa sukses dengan jabatan yang kudapatkan sekarang ini. Aku bahkan sudah bersyukur kepada Allah SWT, karena lewat seseorang, aku diberi kepercayaan untuk mempunyai tanggung jawab menunaikan tugas membangun suatu negeri."