Tapi langkah Bondan Kaja segera terhenti. Bondan Kaja mencium bau yang sangat tidak sedap. Bukan itu saja. Bondan Kaja tidak habis pikir, mengapa tiba-tiba sudah asyik ngobrol dengan seorang pemulung wanita yang sungguh sangat tidak menarik. Jangankan Bondan Kaja ingin duduk bersimpuh, biar dapat memperoleh barokah dari Satria maupun pemulung wanita itu. Hanya untuk melihat wanita pemulung yang sedang melayani aksi Satria yang tanpa risi duduk di dekatnya saja, Bondan Kaja sudah jijik melihatnya.
Bondan Kaja kecewa berat dengan aksi Satria kali ini. Bondan Kaja sudah bertekad kali ini, ingin betul betul mendapatkan tujuan yang selama ini hendak dicapai, mencari jalan ke surga, dari aksi Satria, ternyata justru dihadapkan pada kenyataan pahit. Satria kelihatan lupa diri terhadap sekeliling. Tidak peduli, wanita  itu melayani berbagai pertanyaan Satria sambil terus bekerja mengais sampah yang berserak di dekat sebuah pohon hutan wisata, Satria terus berusaha mengajak bicara wanita itu dengan intens. Jengkel hati Bondan Kaja melihat aksi Satria itu.
Begitu sakit hati Bondan Kaja terhadap aksi Satria yang sambil berdialog menatap wajah wanita tanpa henti tetap memunguti sampah dan memasukkan ke dalam karung. Tanpa disadari Bondan Kaja kakinya menendang karung yang didalamnya penuh sampah itu berkali-kali, sehingga isinya tumpah bertebaran ke sana sini.
"Satria", teriak Bondan Kaja.
"Aku mengikutimu untuk mencari surga bukan untuk melihatmu bersama wanita pemulung yang memuakkan ini."
"Bondan"
"Kali ini, kamu sungguh mengewakan aku, Satria", seru Bondan Kaja.
"Bondan"
"Pergi. Satria. Pergi, ke tempat lain. Aku tidak akan lagi mengejarmu. Hubungan kita cukup sampai di sini. Aku tidak akan mempercayaimu lagi."
"Bondan. Coba kau amati, wanita pemulung itu."
"Satria, aku tidak akan mendengar ucapanmu lagi."