Semalam ku bermimpi aneh, sebabak drama yang mengerikan, rusuh amuk massa:
-----------------
Ribuan orang telah menyemut Gedung Mahkamah,..
Ratusan diantaranya, puluh demi puluh, menyusur lorong-lorong gedung,..
Masuk ke ruang-ruang bak air mengalir,
Mata mereka merah dan tajam,.. mencari seseorang,
Hingga akhirnya mereka masuk ke ruang sidang,
Di sana, di balik hijau meja hakim, satu sosok yang dicari bersembunyi
Bersembunyi dalam gemetar,..
Tertangkap! Sontak gemuruh teriak meruang!
Pemburu, para manusia dekil itu, mengarak penuh amarah seorang wanita cantik
Keluar gedung, menuruni tangga pualam teras,.. gegap bahana massa menyambutnya,
Terus diarak hingga tengah lapangan kota
Wanita itu dipaksa membuka bebat penutup matanya
Sosok berkulit mulus itu bergeming,.. lantas entah tangan siapa meraihnya, menarik, melepas merobek paksa!
“Jangan sebatas kau raba!, lihat seksama derita ini! tatap!! Kau tak pernah gunakan matamu!!” kesal teriak mereka
Timbunan sumpah serapah terumpah tanpa jelas asal arah..
Dalam kepungan, wanita berbaju putih itu lunglai, ambruk!
Massa masih mengata-ngatainya,.. sambung-menyambung..
“Kau membutakan dirimu sendiri!”
“Senyum culas kuruptor malah kau balas!”
“Kau bukan orang suci, kau musuh kami!”
“Kau penjahat, dasar khianat!”
Lagi-lagi entah tangan siapa, meluncur sapit tulunjuk tangan kasar mencolok kedua matanya,..
Darah langsung seketika mengalir dari kedua matanya, bola matanya kini rusak masuk ke dalam tengkorak,..
Kepal pukulan, jejak tendangan silih berganti mendarat di sekujur tubuhnya yang rapuh
Tak bergerak, mungkin wanita itu telah mati
Tersungkur dalam kubangan lumpur..
Mereka belum puas melepas amarah, mereka telah gila!
Pedang dan timbangan wanita itu mereka rampas, angkat bak piala
Ini pedang terkutuk! Anak istri kita mati karenanya!
Ini bukan pedang keadilan! Ini pedang kekuasaan!
Sorak-sorai kerumuman berteriak mengiyakan: "Benaaarr!!!"
Tiba-tiba pengusung pedang itu menekuk lengan, mengarah ke bawah!
Mata pedang menghunus tepat di perut wanita itu!!,..
“Rasakan!” rebak sahut kerumunan
Sekarang kubang lumpur coklat kemerahan, ngeri!
Adegan beralih ke sudut kerumuman yang lain..
Timbangan tersisa,.. satu dari mereka mengangkat lantas memutar-putarnya
Tak ubah koboi bermain laso,.. kerumuman melebar membuat lingkaran
Koboi itu lantang berteriak:
“ini timbangan rusak! timbangan berat sebelah!”
“ini timbangan kerdil, terlalu kecil!”
“Kau tak mampu menimbang timbunan keji korupsi di negeri ini,.. huuuhh!” teriak koboi seolah berkata pada timbangan
Berhenti setelahnya,.. timbangan diludahi,.. lantas dibuang seolah jijik menyentuhnya
Timbangan itu jatuh ke tanah, rantai-rantainya tidak genap lagi, sudah ada yang putus..
Cawan-cawannya telah penyok tak beraturan
Satu orang yang lain memungutnya kembali,.. ia berlari membawanya dengan histeris menuju kubangan,..
Orang itu tahu disanalah jasad wanita itu terbenam,..
Lantas timbangan dilepas dalam bantingan ke kubangan, segera ia meloncat-loncat, berulangkali menginjaknya..
Ngeri,.. tak lama emosi massa tersengat kembali,.. mereka berjejal berdesakan mendekati kubangan itu,..
"Mati kau Themis! Mati kau Lustitia!" mereka bergantian menjejak pijak amarah sambari menyebut dua nama itu
-----------------
Ku terbangun, terengah-engah, langsung menyeka rata keringat yang mengembun..
***
____________________
Tulisan ini masuk dalam Antologi Puisi Sajak: HUKUM | POLITIK
Antologi Puisi Sajak tema lain: BIJAK KEHIDUPAN | BUDAYA | CINTA DAN PENDIDIKAN | EKONOMI | ANTI-KEKERASAN | KESEHATAN | LINGKUNGAN-ALAM | MUSIM | POLITIK | URBAN |
____________________
sumber ilustrasi foto |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H