Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Mimpi Pembunuhan Wanita Itu

3 Januari 2016   09:57 Diperbarui: 20 Januari 2016   13:37 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam ku bermimpi aneh, sebabak drama yang mengerikan, rusuh amuk massa:

-----------------

Ribuan orang telah menyemut Gedung Mahkamah,..

Ratusan diantaranya, puluh demi puluh, menyusur lorong-lorong gedung,..

Masuk ke ruang-ruang bak air mengalir,

Mata mereka merah dan tajam,.. mencari seseorang,

Hingga akhirnya mereka masuk ke ruang sidang,

Di sana, di balik hijau meja hakim, satu sosok yang dicari bersembunyi

Bersembunyi dalam gemetar,..

Tertangkap! Sontak gemuruh teriak meruang!

 

Pemburu, para manusia dekil itu, mengarak penuh amarah seorang wanita cantik

Keluar gedung, menuruni tangga pualam teras,.. gegap bahana massa menyambutnya,

Terus diarak hingga tengah lapangan kota

 

Wanita itu dipaksa membuka bebat penutup matanya

Sosok berkulit mulus itu bergeming,.. lantas entah tangan siapa meraihnya, menarik, melepas merobek paksa!

“Jangan sebatas kau raba!, lihat seksama derita ini! tatap!! Kau tak pernah gunakan matamu!!” kesal teriak mereka

Timbunan sumpah serapah terumpah tanpa jelas asal arah..

 

Dalam kepungan, wanita berbaju putih itu lunglai, ambruk!

Massa masih mengata-ngatainya,.. sambung-menyambung..

“Kau membutakan dirimu sendiri!”

“Senyum culas kuruptor malah kau balas!”

“Kau bukan orang suci, kau musuh kami!”

“Kau penjahat, dasar khianat!”

 

Lagi-lagi entah tangan siapa, meluncur sapit tulunjuk tangan kasar mencolok kedua matanya,..

Darah langsung seketika mengalir dari kedua matanya, bola matanya kini rusak masuk ke dalam tengkorak,..

Kepal pukulan, jejak tendangan silih berganti mendarat di sekujur tubuhnya yang rapuh

Tak bergerak, mungkin wanita itu telah mati

Tersungkur dalam kubangan lumpur..

 

Mereka belum puas melepas amarah, mereka telah gila!

Pedang dan timbangan wanita itu mereka rampas, angkat bak piala

 

Ini pedang terkutuk! Anak istri kita mati karenanya!

Ini bukan pedang keadilan! Ini pedang kekuasaan!

Sorak-sorai kerumuman berteriak mengiyakan: "Benaaarr!!!"

Tiba-tiba pengusung pedang itu menekuk lengan, mengarah ke bawah!

Mata pedang menghunus tepat di perut wanita itu!!,..

“Rasakan!” rebak sahut kerumunan

 

Sekarang kubang lumpur coklat kemerahan, ngeri!

Adegan beralih ke sudut kerumuman yang lain..

 

Timbangan tersisa,.. satu dari mereka mengangkat lantas memutar-putarnya

Tak ubah koboi bermain laso,.. kerumuman melebar membuat lingkaran

Koboi itu lantang berteriak:

“ini timbangan rusak! timbangan berat sebelah!”

“ini timbangan kerdil, terlalu kecil!”

“Kau tak mampu menimbang timbunan keji korupsi di negeri ini,.. huuuhh!” teriak koboi seolah berkata pada timbangan

Berhenti setelahnya,.. timbangan diludahi,.. lantas dibuang seolah jijik menyentuhnya

 

Timbangan itu jatuh ke tanah, rantai-rantainya tidak genap lagi, sudah ada yang putus..

Cawan-cawannya telah penyok tak beraturan

Satu orang yang lain memungutnya kembali,.. ia berlari membawanya dengan histeris menuju kubangan,..

Orang itu tahu disanalah jasad wanita itu terbenam,..

Lantas timbangan dilepas dalam bantingan ke kubangan, segera ia meloncat-loncat, berulangkali menginjaknya..

 

Ngeri,.. tak lama emosi massa tersengat kembali,.. mereka berjejal berdesakan mendekati kubangan itu,..

"Mati kau Themis! Mati kau Lustitia!" mereka bergantian menjejak pijak amarah sambari menyebut dua nama itu

-----------------

Ku terbangun, terengah-engah, langsung menyeka rata keringat yang mengembun..

                      ***

____________________

Tulisan ini masuk dalam Antologi Puisi Sajak: HUKUM | POLITIK

Antologi Puisi Sajak tema lain: BIJAK KEHIDUPAN |  BUDAYA  |  CINTA DAN PENDIDIKAN | EKONOMI  | ANTI-KEKERASAN  |  KESEHATAN  |  LINGKUNGAN-ALAM |  MUSIM  | POLITIK |  URBAN |

____________________

sumber ilustrasi foto |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun