"Paman, aku terpaksa akan menghentikanmu ... ", jawabku tenang.
Perlahan kujulurkan tangan kananku ke depan. Telapak tanganku mengarah kebagian batang pohon bekas dihantam oleh Pasir Besi laki-laki paruh baya itu. Kupancangkan niatku dengan kuat, lalu secepatnya kudeteksi getaran energi Pasir Besi yang masih menempel di batang pohon itu. Setelah kudapatkan frekwensinya, secepatnya kutarik dengan kedua tanganku lalu kusalurkan pada kedua ujung jari tanganku yakni telunjuk dan jari tengah. Aku langsung membungkuk dengan menekuk kaki kanan hingga lututku menyentuh tanah. Setelah itu segera kuhunjamkan kedua ujung jariku ke dalam tanah. Ujung jariku masuk satu ruas ke dalam bumi.
Laki-laki paruh baya tiba-tiba itu menjerit.
"Aaaakkh!!!", jeritnya menyayat.
Tubuhnya kemudian limbung dan terhempas keras menghantam Tanah.
Ia mencoba bergerak dan bangkit. Tapi tidak bias.
Sekeras apapun usahanya, tetap saja gagal.
Kutancapkan lebih dalam lagi hunjaman jari-jari tanganku hingga masuk sepenuhnya tiga ruas. Laki-laki itu kembali menjerit. Lalu terdiam.
Diam. Tidak bangun lagi.
Kedua jari-jari tanganku masih masuk kedalam tanah seluruhnya. Lalu kulepaskan semua serapan getaran energi Pasir Besi miliknya ke dalam bumi.
"Maafkan aku paman... Aku sebenarnya tidak ingin mengerahkan pemunah Pasir Besi. Tapi paman memaksaku...", ucapku lirih.