Aku sama sekali tidak bahagia, malah aku merasa sedih. Karena ilmu pemunah Pasir Besi ini dampaknya sangat berbahaya. Meski demikian, aku hanya mengerahkan tujuh bagian tenaga saja sehingga aku yakin laki-laki paruh baya itu tetap masih bernyawa. Lembaran pengobatan dan lembaran penyembuhan belum tuntas aku kuasai sebagai pemunah dari dampak buruk keilmuan pamungkas. Aku masih ingat ajaran ayahku, bahwa kalau bisa merusak maka harus bisa mengobati. Belajar menghancurkan juga disertai kemampuan belajar membangun.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H