Tangannya mengepal. Pukulannya diarahkan tepat ke dadaku. Cepat Sekali.
Sebelum pukulan itu sampai, anginnya saja sudah membuat dadaku terasa panas. Bahkan kesiuran angin pukulan panas sebelumnya sudah melukai sedikit punggung tanganku tepat diatas pangkal ibu jariku. Saat itu aku masih belum sempat melindungi dengan Krei Wojo. Tapi sekarang aku percaya dengan perlindungan medan energi Krei Wojo.
Sesaat sebelum mengenai tubuhku, arah pukulannya berbelok akibat efek medan energi Kere Wojo yang kukeluarkan. Kepalannya mengenai batang pohon besar disampingku. Ia tampak sangat terkejut.
BHEGGG!
Batang pohon itu terhantam keras.
Aku langsung menggeser langkahku dengan cepat. Kupakai gerak langkah mundur Simpir dan melangkah mundur hingga jarakku menjadi dua langkah terhadap laki-laki itu. Kewaspadaanku kutingkatkan. Khawatir tiba-tiba ia berbalik dan langsung menyerangku dengan serangan yang lebih berbahaya.
Aku melihat bagian tengah pohon itu agak melesak. Warnanya menjadi kehitaman.
"Pasir Besi ... ", gumamku tanpa sadar.
Laki-laki paruh baya itu segera berbalik arah, lalu menatapku tajam.
Kepalannya kini sudah dibuka. Tampaknya ia masih ingin menghantamku dengan Pasir Besi, tapi menggunakan telapak tangannya.
"Nasibmu akan seperti batang pohon ini!", hardik laki-laki itu.