Tidak menunggu lama, ia kemudian segera melakukan beberapa gerakan pembuka suatu ajian.
Aku terkejut dan merinding. Nampaknya ia akan mengerahkan Guntur Geni. Aku kenal betul dengan gerakan pembuka ajian ini. Salah satu jenis ajian yang berbahaya karena bahkan angin kesiuran pukulannya dapat melukai.
Tidak menunggu lama, aku melakukan gerakan pembuka yang sama. Aku memutuskan akan mengadu Guntur Geni milikku dengan Guntur Geni miliknya. Inilah pertama kali aku mencoba mengerahkan keilmuan pamungkas yang kupelajari dari ayah.
Kami berdua saling melompat dan membuka serangan. Kuterima Guntur Geni miliknya dengan Guntur Geni milikku. Kedua pukulan kami saling berbenturan.
DHUAR!
Laki-laki paruh baya itu terjajar mundur.
Nafasnya terengah-engah.
"Siapa yang mengajarimu Guntur Geni!!!", hardiknya.
Ia tampaknya tak percaya, pukulan pamungkasnya sudah dikalahkan dengan telak. Bahkan oleh seorang anak muda!
Laki-laki paruh baya itu sangat mengenali jenis energi yang dilontarkan oleh anak muda ini. Ia tahu persis, karena ia juga mempelajarinya. Tapi tak disangka Guntur Geni milik pemuda ini lebih hebat dibanding yang ia pernah pelajari. Mungkin dua atau tiga tingkat diatasnya.
Terlihat dari sudut bibirnya menetes darah segar. Ia segera mengusapnya dengan punggung telapak tangan kanannya.