[caption caption="Ilustrasi pohon/plos.org"][/caption]Alkisah, tanpa sengaja seekor burung menjatuhkan dua biji tanaman di sebuah kebun, kedua biji tanaman yaitu terong dan kacang panjang jatuh berdekatan. Karena kondisi tanah yang lembab dan subur, kedua biji tanaman itupun kemudian tumbuh menjadi dua batang tanaman.
Sang pemilik kebun yang kebetulan melihat kedua tanaman itu kemudian merawatnya, dicangkulinya tanah di sekitar kedua tanaman itu tumbuh lalu diberinya pupuk di sekelilingnya.
Hari berganti hari, tanaman kecil itupun tumbuh semakin besar, pohon terong mulai mengeluarkan cabang-cabang kecil, sementara pohon kacang panjang mulai menjulurkan batangnya. Sang petani pemilik kebun melihat pohon kacang panjang yang mulai tumbuh menjulur, kemudian mencari sebatang kayu sebagai lanjaran atau tempat menjalar si pohon kacang kacang panjang.
Awalnya kedua tanaman itu bersahabat dengan akrab, setiap pagi mereka saling menyapa dan menanyakan kabar masing-masing. Tapi kemudian sikap pohon kacang panjang mulai terlihat angkuh, ketika batangnya mulai menjulang tinggi mengikuti batang kayu yang menjadi tambatannya,
“Hei terong, tidakkah kau lihat tubuhku, kini menjulang semakin tinggi, sementara tubuhnya tetap kerdil seperti itu” kata kacang panjang dengan angkuhnya, terong agak terkejut melihat sahabatnya yang tiba-tiba berubah sikap seperti itu,
“Biarlah tubuhku kerdil dan tidak tumbuh setinggi kamu, yang penting aku bisa memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya” jawab pohon terong dengan tenang.
“Ah dasar kamu terong, bilang saja kamu tidak bisa menyaingi aku, coba lihat pucukku, hampir mencapai langit” balas pohon kacang panjang masih dengan nada angkuh.
Terong tidak mau melanjutkan perdebatan itu, karena dia sadar, batangnya tidak mungkin tumbuh tinggi menyamai si pohon kacang panjang. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau pohon kacang panjang bisa tumbuh tinggi begitu karena ditopang oleh kayu penyangganya, tapi dia urungkan karena dia ingin tetap menjaga perasaan sang teman.
Karena kedua tanaman itu terawat dengan baik dan cukup makanan dari pupuk yang diberikan oleh si pemilik kebun, keduanya pun mulai berbunga. Pohon kacang panjang mulai dihiasi bunga berwarna putih berbentuk seperti kupu-kupu, sementara pohon terong juga mulai bunga berwarna putih keunguan dan berbentuk seperti terompet kecil.
“Hei terong kerdil, lihatlah bungaku, cantik seperti kupu-kupu, berjajar rapi mengikuti tingginya tubuhku, tapi lihat bungamu, kecil-kecil dan tidak menarik” kata pohon kacang panjang kembali menyombongkan diri, pohon terong hanya menunduk mendengar celoteh temannya yang sombong itu, tapi kemudian dia menjawab perlahan,
“Sahabatku, Tuhan sudah menakdirkan kita tumbuh berbeda, tapi Tuhan juga maha Adil, dia menumbuhkan bunga di tubuhmu, juga menumbuhkan bunga di cabang-cabangku”
“Ow, tidak, Tuhan lebih sayang padaku, buktinya dia memberiku tubuh yang lebih jangkung dan bunga-bunga yang jauh lebih cantik, tidak sepertimu, sudah tubuhmu kerdil, bungamu pun jelek dan tidak menarik,” pohon kacang panjang masih bersikap angkuh.
Karena malas berdebat, pohon terong pun lebih suka tidak menanggapi keangkuhan temannya yang kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat itu.
Waktu pun berlalu begitu cepat, bunga-bunga kacang panjang kini sudah menjelma menjadi buah kacang panjang berwarna hijau yang menjuntai panjang menggantung disela-sela batangnya, sementara bunga terong juga sudah berubah menjadi terong berwarna ungu cantik.
Kacang panjang sebenarnya merasa iri melihat buah terong yang besar-besar dan berwarna ungu dan terlihat cantik itu itu, tapi karena sikap sombongnya, dia tetap tidak mau mengalah,
“Terong, kamu ini tanaman seperti apa sih, membiarkan buahmu menggantung hampir menyentuh tanah, lihatlah aku yang selalu menjaga buah-buahku berjuntai jauh di atas tanah, buahku pasti tidak akan kotor terkena tanah seperti buahmu,” pohon kacang panjang berkata masih dengan angkuhnya,
“Biarlah kawan, toh kalau pak tani nanti mengambil buahku, dia juga akan mencucinya” jawab pohon terong merendah.
Pak tani begitu senang melihat kedua tanaman itu mulai beruah, dia mulai memetik buah-buah yang sudah besar. Pohon terong terlihat tersenyum ketika pak tani mengambil buah-buahnya yang sudah besar, sementara pohon kacang panjang justru terlihat kesal ketika pak tani memetik buah-buahnya,
“Huh, dasar manusia nggak tau keindahan, kenapa tidak membiarkan buahku menjulur cantik menghiasi tubuhku” kata pohon kacang panjang menggerutu,
“Sabarlah kawan, Tuhan menciptakan kita, menumbuhkan kita dan mengeluarkan buah dari tubuh kita memang untuk dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lainnya,” jawab pohon terong, tapi pohon kacang panjang pura-pura tidak mendengar.
Pohon terong merasa bersyukur, setelah beberapa buahnya dipetik pak tani, dia mulai mengeluarkan bunga-bunga kecil lagi yang kelak juga akan berubah menjadi buah,
“Terima kasih Tuhan, engkau telah menciptakan dan menghidupkan aku, sehingga aku mampu memberi manfaat bagi makhluk lain,” gumam pohon terong yang selalu mensyukuri keberadaannya. Sementara pohon kacang panjang masih saja merasa kesal, meski buah yang dipetik petani kini juga sudah berganti dengan bunga-bunga baru,
“Huh, sungguh manusia tidak adil, aku sudah capek-capek memelihara bungaku hingga menjadi buah, tapi dia senaknya saja memetik buah-buahku” gerutu pohon kacang panjang.
Sembari terus berbunga dan berbuah, kedua pohon itu terus tumbuh subur dan membesar. Pohon terong, meski batangnya tak begitu tinggi, tapi dia terlihat kokoh karena ditopang oleh akar dan batang yang kuat. Sementara pohon kacang panjang, meski batang dan daunnya rimbun serta menjulang tinggi, tetap saja dia bergantung pada kayu yang menjadi sandarannya.
Syahdan, suatu hari terjadilah hujan lebat disertai angin yang kencang, kayu penyangga pohon kacang panjang tak mampu lagi menahan terpaan angin kencang itu, karena dia juga cukup berat menahan batang kacang panjang yang tumbuh subur itu.
Akhirnya kayu itu roboh bersama batang kacang panjang yang menjalarinya. Pohon terong tidak begitu terpengaruh oleh angin kencang itu, karena batangnya yang tidak terlalu tinggi ditopang oleh akarnya yang kokoh, dia hanya bergoyang-goyang sedikit.
Pohon terong begitu terkejut ketika melihat tubuh temannya roboh bersama kayu penyangganya,
“Terong, tolong aku, bangunkan aku, aku ingin berdiri tegak kembali,” jerit pohon kacang panjang, tapi apa daya, pohon terong tidak mampu berbuat apa-apa, dia hanya ikut merasa sedih melihat nasib temannya itu,
“Maaf kawan, sebenarnya aku ingin sekali menolongmu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa,” jawab pohon terong dengan sedihnya.
Hujan dan angin kencang sudah berhenti, pohon kacang panjang masih terlihat merintih menahan sakit karena beberapa hewan yang melintasinya, tanpa sengaja telah menginjak-injak tubuhnya yang kini teronggok di tanah.
“Tolong, tolong aku, aku mau bangkit dan berdiri lagi” ratap pohon kacang panjang lirih, kini dia mulai menyadari kalau kesombongannya selama ini, tidak ada artinya apa-apa,
“Terong, maafkan aku, selama ini aku yang selama ini sudah bersikap sombong kepadamu, sekarang akau sadar, tubuhmu yang kerdil ternyata lebih kokoh dibandingkan tubuhku yang tinggi menjulang,” iba si pohon kacang panjang,
“Sabarlah kawan, mudah-mudahan pak tani mau mengganti kayu penyanggamu, supaya kamu bisa berdiri tegak kembali” hibur si pohon terong.
Keesokan harinya, pak tani melihat kedua tanaman di kebunnya itu, sebenarnya dia ingin membuatkan lanjaran baru untuk pohon kacang panjang itu, tapi dia melihat sebagian besar pohon kacang panjang itu sudah rusak terinjak oleh hewan-hewan yang melintas disitu.
Terpaksa pak tani mencabut batang pohon kacang panjang itu. Terdengar pohon kacang panjang memekik kesakitan, pohon terong menutup mata dan telinganya, tak sanggup mendengar jeritan sahabatnya.
Pak tani kemudian membuat lubang di dekat pohon terong, lalu membenamkan pohon kacang panjang di lubang itu kemudian menutupinya dengan daun-daung kering. Masih terdengar rintihan lirih pohon kacang panjang sebelum akhirnya pak tani menutup kembali lubang itu dengan tanah.
Pohon terong begitu sedih melihat nasib sahabatnya itu, tapi dia tidak mampu berbuat-apa, karena pak tani memang tidak mengerti bahasa tanaman, sehingga tidak bisa mendengar jeritan pohon kacang panjang.
Pohon kacang panjang yang sombong itu kini telah terkubur bersama sampah dedaunan di dekat pohon terong, lama kelamaan si sombong itu mulai membusuk dan berubah menjadi pupuk.
Pohon terong sebenarnya ingin melarang akar-akarnya untuk tidak mendekati pupuk yang berasal dari tubuh sahabatnya itu, tapi hukum alam berkata lain, akar-akar yang mulai menyebar itu mulai mendekati dan menghisap pupuk itu.
Meski batangnya kini semakin subur, karena pupuk itu, tapi pohon terong merasa sangat sedih karena sudah kehilangan sahabatnya yang kini harus menjelma menjadi pupuk dan menjadi makanannya,
“Maafkan aku sahabat, aku tak bermaksud menyakitimu, tapi dengan mengisap pupuk yang berasal dari tubuhmu, aku menjadi semakin kuat dan subur, buahku pun semakin banyak, jadi meski tubuhmu sekarang sudah larut dalam tubuhku, kamu masih mampu memberi manfaat bagi mahluk lain,” gumam si pohon terong menghibur diri sambil menyesali sikap sombong sahabatnya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H