“Ow, tidak, Tuhan lebih sayang padaku, buktinya dia memberiku tubuh yang lebih jangkung dan bunga-bunga yang jauh lebih cantik, tidak sepertimu, sudah tubuhmu kerdil, bungamu pun jelek dan tidak menarik,” pohon kacang panjang masih bersikap angkuh.
Karena malas berdebat, pohon terong pun lebih suka tidak menanggapi keangkuhan temannya yang kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat itu.
Waktu pun berlalu begitu cepat, bunga-bunga kacang panjang kini sudah menjelma menjadi buah kacang panjang berwarna hijau yang menjuntai panjang menggantung disela-sela batangnya, sementara bunga terong juga sudah berubah menjadi terong berwarna ungu cantik.
Kacang panjang sebenarnya merasa iri melihat buah terong yang besar-besar dan berwarna ungu dan terlihat cantik itu itu, tapi karena sikap sombongnya, dia tetap tidak mau mengalah,
“Terong, kamu ini tanaman seperti apa sih, membiarkan buahmu menggantung hampir menyentuh tanah, lihatlah aku yang selalu menjaga buah-buahku berjuntai jauh di atas tanah, buahku pasti tidak akan kotor terkena tanah seperti buahmu,” pohon kacang panjang berkata masih dengan angkuhnya,
“Biarlah kawan, toh kalau pak tani nanti mengambil buahku, dia juga akan mencucinya” jawab pohon terong merendah.
Pak tani begitu senang melihat kedua tanaman itu mulai beruah, dia mulai memetik buah-buah yang sudah besar. Pohon terong terlihat tersenyum ketika pak tani mengambil buah-buahnya yang sudah besar, sementara pohon kacang panjang justru terlihat kesal ketika pak tani memetik buah-buahnya,
“Huh, dasar manusia nggak tau keindahan, kenapa tidak membiarkan buahku menjulur cantik menghiasi tubuhku” kata pohon kacang panjang menggerutu,
“Sabarlah kawan, Tuhan menciptakan kita, menumbuhkan kita dan mengeluarkan buah dari tubuh kita memang untuk dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lainnya,” jawab pohon terong, tapi pohon kacang panjang pura-pura tidak mendengar.
Pohon terong merasa bersyukur, setelah beberapa buahnya dipetik pak tani, dia mulai mengeluarkan bunga-bunga kecil lagi yang kelak juga akan berubah menjadi buah,
“Terima kasih Tuhan, engkau telah menciptakan dan menghidupkan aku, sehingga aku mampu memberi manfaat bagi makhluk lain,” gumam pohon terong yang selalu mensyukuri keberadaannya. Sementara pohon kacang panjang masih saja merasa kesal, meski buah yang dipetik petani kini juga sudah berganti dengan bunga-bunga baru,