Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Kisah Pohon Terong dan Pohon Kacang Panjang

23 April 2016   10:53 Diperbarui: 23 April 2016   15:00 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan harinya, pak tani melihat kedua tanaman di kebunnya itu, sebenarnya dia ingin membuatkan lanjaran baru untuk pohon kacang panjang itu, tapi dia melihat sebagian besar pohon kacang panjang itu sudah rusak terinjak oleh hewan-hewan yang melintas disitu. 

Terpaksa pak tani mencabut batang pohon kacang panjang itu. Terdengar pohon kacang panjang memekik kesakitan, pohon terong menutup mata dan telinganya, tak sanggup mendengar jeritan sahabatnya.

Pak tani kemudian membuat lubang di dekat pohon terong, lalu membenamkan pohon kacang panjang di lubang itu kemudian menutupinya dengan daun-daung kering. Masih terdengar rintihan lirih  pohon kacang panjang sebelum akhirnya pak tani menutup kembali lubang itu dengan tanah.

Pohon terong begitu sedih melihat nasib sahabatnya itu, tapi dia tidak mampu berbuat-apa, karena pak tani memang tidak mengerti bahasa tanaman, sehingga tidak bisa mendengar jeritan pohon kacang panjang.

Pohon kacang panjang yang sombong itu kini telah terkubur bersama sampah dedaunan di dekat pohon terong, lama kelamaan si sombong itu mulai membusuk dan berubah menjadi pupuk.

 Pohon terong sebenarnya ingin melarang akar-akarnya untuk tidak mendekati pupuk yang berasal dari tubuh sahabatnya itu, tapi hukum alam berkata lain, akar-akar yang mulai menyebar itu mulai mendekati dan menghisap pupuk itu. 

Meski batangnya kini semakin subur, karena pupuk itu, tapi pohon terong merasa sangat sedih karena sudah kehilangan sahabatnya yang kini harus menjelma menjadi pupuk dan menjadi makanannya,

“Maafkan aku sahabat, aku tak bermaksud menyakitimu, tapi dengan mengisap pupuk yang berasal dari tubuhmu, aku menjadi semakin kuat dan subur, buahku pun semakin banyak, jadi meski tubuhmu sekarang sudah larut dalam tubuhku, kamu masih mampu memberi manfaat bagi mahluk lain,” gumam si pohon terong menghibur diri sambil menyesali sikap sombong sahabatnya itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun