Sementara perempuan  8,75% sudah pernah melakukan hubungan seks. Oral seks 7,75 %, anal seks 4,89%. Petting juga diminati, sebanyak 11,95% melakukan Petting. setengah dari mereka juga sering melakukan ciuman di  bibir yang memicu terjadinya hubungan seksual, laki-laki 50,7% dan perempuan 49,3%.
Handayani (2009) juga melakukan survey tentang perbedaan perilaku seksual mahasiswa laki-laki UNS yang tinggal di kos dan tidak tinggal di kos ditinjau dari interaksi teman sebaya, hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata perilaku seksual antara mahasiswa yang tinggal di kos dan tidak kos artinya mahasiswa yang kos memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi dari mahasiswa yang tidak kost.Â
Hasil penelitian di kota Kandanghaur Indramayu juga membuktikan dari 630 responden yang nota benenya adalah remaja membuktikan sebanyak 9,31 % menjawab selalu, 55,06 % kadang-kadang dan 36,50 % tidak pernah.
Gaya hidup yang hedonis, makin permisif, serba instant yang mulai dianut para remaja kita, sungguh sangat menghawatirkan. Adalah sebuah keharusa kita berharap pada Lembaga Pendidikan untuk memagari dan menegaskan kembali perannya untuk memanusiakan manusia. Â
Pendidikan; Jaring-Jaring Kemasyarakatan (as community networks). Â
Dari fakta yang disebutkan di atas, bisa dimaknai bahwa tidak ada jalan lain untuk melakukan upaya preventif dari 'gerakan gaya hidup hedonis' adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan---dalam hal ini agama---sejatinya merupakan proses pembentukan moral masyarakat---termasuk remaja beradab---yang tampil dengan wajah kemanusiaan yang normal.Â
Kata lainnya, pendidikan agama adalah moralisasi masyarakat, terutama remaja. Pendidikan agama yang dimaksudkan di sini lebih dari sekedar sekolah (not only as schooling) melainkan pendidikan sebagai jaring-jaring kemasyarakatan (as community networks).Â
Untuk memperkuat pandangan di atas adalah sangat bijak untuk mempertimbangkan hasil penelitian Ariyandini (2012) yang meneliti tentang perbedaan tingkat religiusitas dan sikap terhadap seks pranikah antara pelajar yang bersekolah di SMA umum dengan SMA berbasis agama.Â
Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat perbedaan sikap terhasap seks bebas antara pelajar SMA umum dengan SMA berbasis agama. Oleh karena itu untuk mengurangi efek atau dari pergaulan bebas maka diperlukan penanaman beragama yang baik dan pendidikan kesehatan yang menjelaskan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit reproduksi.
Sehingga menurut Hanafri (2016) salah satu bidang yang dapat menyentuh semua lapisan masyarakat dalam penyampaian materi seksual adalah melalui pendidikan di sekolah.Â
Karena pendidikan di sekolah memiliki fungsi sebagai alat penyadaran dan pembelajaran---walau secara khusus sex education belum diimplementasikan dalam kurikulum---tetapi penggunaan media informasi multimedia dalam dunia pendidikan dapat digunakan sebagai pembelajaran yang dapat membantu dalam proses pembelajaran.