Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

AlQuran: Langgam Jawa

20 Mei 2015   21:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya mereka yang berorietasi arabisme saja yang heboh mempersoalkan, seperti FPI dan mereka yang sama jenis dan orientasi keagamaannya dengan FPI, walaupun berbeda nama. Padahal lagu yang berkembang selama ini di arena MTQ juga lagu yang berorientasi kedaerahan, seperti lagu Hijaz. Hijaz adalah nama untuk menyebut negeri Mekah dan Madinah. Maka, lagu Hijaz maksudnya adalah lagu yang biasa digunakan oleh penduduk Mekah dan Madinah dalam membaca alQuran. Begitu juga nama lagu yang lain, seperti Nahawand, juga menunjuk kepada daerah. Apa bedanya dengan lagu berlanggam Jawa yang biasa digunakan oleh masyarakat di daerah Jawa dalam membaca alQuran. Di daerah lain juga memiliki gaya dan irama tersendiri, yang berbeda dengan daerah lain. dan masih digunakan oleh masyarakat. Seperti di negeri Melayu. Di kampung-kampung negeri Melayu, masih ada orang tua yang mengaji dengan lagu Melayu. Dan sekarang perlu kita hidupkan lagi, agar lagu alQuran berirama Melayu tidak punah.

Saya sangat setuju apabila pak menteri agama memprakarsai untuk menghidupkan kembali lagu alQuran nusantara yang ada di daerah-daerah di seluruh nusantara. Mungkin negara tetangga, seperti Malaysia, Singapore, Thailand dan Brunai memiliki gaya dan lagu yang khas di daerahnya. Saya berkeyakinan itu pernah ada. Dan saatnya kita melestarikannya dengan cara menghidupkan dan mengembangkan melalui musabaqah atau festival membaca alQuran islam nusantara. Yaitu bacaan alQuran dengan menggunakan lagu yang berkembang di setiap daerah yang ada.

Dan, hanya mereka yang tidak menghargai akar sejarah dan budaya saja, yang mengatakan hal itu tidak berguna, dan lebih baik jangan dikerjakan. Bagi kita yang menghargai dan mencintai sejarah dan budaya, tentunya sangat mementingkan semua kreatifitas budaya masyarakat yang pernah ada. Karena keberadaan kita hari ini dan keadaan kita sekarang, tidak dapat dipisahkan dari episode sejarah masa lalu nenek moyang kita. Hanya bangsa yang besar yang tidak melupakan sejarahnya. Ingat! Mereka yang tidak memiliki masa lalu, adalah yang tidak memiliki masa depan. Masa lalu kita adalah semua budaya yang pernah hidup di bumi tempat kita berpijak.

Hari ini, kita telah menjadi bangsa muslim yang paling santun, dibandingkan dengan bangsa muslim lain di dunia ini. Semua itu tidak terlepas dari kreatifitas nenek moyang kita dahulu menerima dan mengembangkan islam. Termasuk dalam kreatifitas itu adalah membaca alQuran dengan menggunakan langgam daerah, langgam yang sudah akrab di telinga dan jiwa masyarakat. Maka, menghidupkan kembali masa lalu yang berkontribusi terhadap kesantunan kita dalam beragama di hari ini, adalah suatu langkah cerdas dan bijak, agar anak cucu kita di masa depan, tetap mempertahankan kearifan dan kesantunan dalam beragama.

Semoga kecerdasan bangsa kita dalam beragama tetap menjadikan kita sebagai bangsa muslim yang disegani. Saat ini, Indonesia sudah mendapat pengakuan sebagai muslim yang paling terbuka dan santun di dunia, khususnya pengakuan dari negeri-negeri di Timur Tengah yang menghadapi konflik berkepanjangan. Indonesia yang beberapa waktu lalu dianggap sebagai negeri islam pinggiran, saat ini sudah menjadi negeri muslim yang sangat diharapkan menjadi contoh bagi negeri muslim lain. Dan yang membanggakan kita, para intelektual islam di negeri Arab sudah secara terbuka mengakui keunggulan ulama nusantara.

Semoga pak Lukman Hakim Syaifudin dapat segera mewujudkan Universitas Islam Nusantara yang diprakarsai oleh Nahdlatul Ulama. Methodologi pemahaman keagamaan ala NU akan lebih cepat tersebar di negeri islam lain, apabila Universitas islam Nusantara itu terbentuk. Dan kedamaian dalam hidup beragama seperti dilakoni oleh warga nahdliyyin akan menjadi trend keagamaan di dunia, khususnya di Timur Tengah. Dimana, para ulama di sana sangat menyadari bahwa, kedamaian di negeri Arab adalah barang langka. Sehingga mereka ingin belajar dari NU di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun