"Kalau embak mau ikut saya ke Jakarta untuk sementara menetap di sana."
"Tapi, bagaimana? Iya, sudah saya ikut saja," Jawabnya Vanila dan keduanya langsung mempersiapkan diri untuk pergi menuju kota mitropolitan sebelum matahari tersenyum dari arah timur dan kejadian meluas kepada tetangga yang nantinya akan menjadi perbincangan pedas dari satu orang ke orang yang lain.
***
Dua hari setelah kejadian Vanila memulai hidup baru di kota metropolitan tentu berbeda dengan di rumahnya sendiri. Dulunya tidak pernah mendengar keramain kini sudah mulai mengenalnya dari suara musik dan suara mesin mobil yang melaju ke sana kemari.
Kini ia hidup dengan saudara sepupunya yang lebih muda dari dirinya sendiri yang sedang menimba ilmu pengetahuan di perguran tinggi. Hidup bersama orang lain tentu bukan hal yang enak bagi Vanila pasalnya ia sebagai penumpang tinggal tentu harus tidak hanya diam di rumah kontrakan yang begitu sempit dan hanya ada dua kamar yang bisa digunakan untuk tinggal menjalani hidup sehari-hari.Â
Namun, bagi Fahri sendiri menjadi kebahagian tersendiri karena sudah ada orang yang akan menemani sehari-harinya dan mengurus kontrakannya untuk lebih baik. Memang sebelumnya tidak terurus karena sibuk dari berbagai kegiatan dan tugas kampus yang tiada hentinya.