Mohon tunggu...
Moh Khozah
Moh Khozah Mohon Tunggu... Penulis - Dai Bilqolam

Alumni Mahasiswa BKPI IAIN Madura

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Maaf Saya Bukan Perempuan Rupiah

23 April 2019   09:48 Diperbarui: 23 April 2019   09:58 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan Vanila perempuan janda muda cantik yang ditinggalkan oleh suaminya karena kecelakaan lalu lintas. Vanila mempunyai panggilan akrab Vani, nama akrabnya selalu menjadi perbincangan para lelaki yang mengenal Vanila. Sejak ditinggal oleh suaminya Vanila hidup sendiri di rumah yang sederhana tanpa ada buah hati yang menemani hari-harinya karena Vanila mulai menikah lima tahun yang lalu tidak dikarunia anak.

Kebutuhan sehari-harinya mengandalkan peninggalan suaminya yang dianggap cukup untuk memenuhi hidup. Vanila selain cantik juga ia pintar dalam memilih pakaian sehingga siapapun orang yang melihatnya tertarik. Namun, meski demikian Vanila tidak pernah mengindahkan godaan para lelaki yang ingin menjadi pacarnya ataupun menjadi calon pendampingnya meski di embel-embilin uang di depan matanya bahkan kehidupan sehari-harinya akan dipenuhi melebihi dari peninggalan suaminya.

  "Vani, kamu belum menikah juga?" tanya Anisa teman dekatnya.

"Tidak, Nis. Aku mau hidup sendiri tanpa siapapun," jawabnya.

"Beneran, kamu hidup sendirian selamanya, tanpa ada orang yang mendampingimu?" sambungnya Anisa, dan Vanila hanya menganggukan kepala.

"Kamu jangan seperti itu Van, kamu harus punya imam sebagai pembimbingmu, apalagi kamu perempuan cantik. Apakah kamu tidak takut jika suatu hari kamu digangu oleh preman dan kamu harus merelakan kesucianmu dan kamu menjadi pemuas nafsu mereka. Saya sebagai teman dekatmu hanya bisa memberi saran saja. Untuk itu terserah kamu," saranya Anisa panjang lebar membuat Vanila tidak betah bersama Anisa.

"Mohon maaf Anisa meski kamu sebagai teman dekat aku tidak bisa mengikuti saran kamu, aku tetap memilih hidup sendiri, aku masih sayang sama mas Affan, hatiku tidak bisa membuka hati orang lain."

"Iya, sudah kalau kamu tidak mau mengikuti perintahku, suatu saat kamu jangan menyesal jika itu terjadi," responnya Anisa lalu meninggalkan Vanila yang sedang duduk di depan halaman taman bunga wisata.

Vanila tinggal sendirian duduk sambil lalu memainkan gadgetnya, tiba-tiba ada pesan masuk ke akun whatsapnya. Vanila sangat mengenal nomer pesan whatsapnya sehingga Vanila hanya membaca tanpa mebalas apapun.

***
Jam 07 malam Vanila duduk sendirin di depan kamar rumahnya tanpa ada orang yang mendampinginya. Tiba-tiba ada bunyi ketukan pintu dari pintu rumahnya, perasaannya tidak enak atas hadirnya orang yang sedang mengetuk pintu. Vanila pun membiarkan orang yang mengetuk pintu berdiri di depan telinga pintu. Orang yang belum dikenalnya terus mengetuk pintu lebih keras dari sebelumnya. Akhirnya Vanila memutuskan untuk segera membuka pintu rumahnya, sesampainya ternyata tiga lelaki preman tetangganya yang merupakan kenalanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun