Mohon tunggu...
Moh Khozah
Moh Khozah Mohon Tunggu... Penulis - Dai Bilqolam

Alumni Mahasiswa BKPI IAIN Madura

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Maaf Saya Bukan Perempuan Rupiah

23 April 2019   09:48 Diperbarui: 23 April 2019   09:58 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mohon, maaf pak. Saya bukan perempuan rupiah." Dengan tegas Vanila menjawabnya dan kedua anak buah pak Masrun langsung memegang tangannya dan Vanila meronta dengan tetesan air matanya karena tangan sucinya sudah dipegang oleh orang yang bukan muhrimnya sedangkan pak Masrun sudah membuka bajunya. Vanilapun tidak ambil diam berteriak minta tolong untuk mencegah keiginan pak Masrun namun tidak ada seorangpun yang datang karena suasana malam tetangganya sudah pada pejaman mata. 

Pak Masrun terus mendekatinya suara jahantnya pak Masrun terdengar ditelinga Vanila memberi pilihan antara diterima dantidak, kalau tidak maka dirinya tidak selamat sedangkan kalau diterima maka akan dirinya selamat. Keputusannya tetap tidak menerimanya dan ia memilih berteriak. Tiba-tiba suaranya terdengar oleh Fahri adik sepupunya yang kebetulan pulang dari kampusnya dua hari yang lalu. 

Ia berlari-lari menuju rumah Vanila untuk menolongnya. Sesampai di rumahnya Vanila dalam keadaan tidak selamat Pak Masrun sudah tidak bisa dikendalikan lagi menikmati Vanila. Fahri pun langsung menghajar ketiga orang yang sedang mau memperkosa Vanila ketiganya tersungkur dan Vanila lepas dari ketiga tangan para preman. Fahri pun langsung menghajarnya tanpa ampun dengan ilmu silatnya hasil belajar di organisasi kampusnya. Ketiga preman itu tidak berdaya dan memilih untuk meninggalkan rumah Vanila sebelum kedatangan para tetangga sebelahnya.

Vanila menangis histeris menggigil dengan pakaian sudah lepas dari badannya, Fahri langsung mengambil selimut menutupi badan Vanila karena bajunya sudah tidak bisa dipakai lagi. Vanila hanya bisa diam tanpa kata dengan tetesan air mata yang terus keluar dari kelopak matanya.

"Terima kasih iya, Dik. Telah menolong embak, mungkin kalau tidak ada kamu aku sudah menjadi pemuas nafsu Pak Masrun," katanya dengan tangisan air matanya.

"Iya, embak, memang sebenarnya apa yang terjadi sehingga pak Msrun tega mau meperkosnya," responnya Fahri balik bertanya.

"Satu minggu yang lalu, pak Masrun mempunyai naik baik untuk menikahiku dan saya beri waktu satu minggu untuk menjawab keinginan pak Masrun. Malam ini pak Masrun menagih janjiku tapi setelah aku berfikir panjang pak Masrun bukanlah orang yang tepat untuk menjadi imamku, ya terjadilah seperti ini," ceritanya Vanila pada Fahri.

"Oh begitu, ya sudah. Silahkan ganti baju dulu, nanti ngobrol lagi," sarannya Fahri. Vanila langsung bangkit terbirit-birit kesakitan karena kekejaman preman yang hampir memperkosa dirinya. Ia pun mengganti baju serta membersihkan mukanya yang penuh dengan tetesan air mata. Fahri menunggu di ruang tamu sambil lalu duduk di sofa.

"Sudah berapa hari kamu pulang, dik," tanya Vanila memulai berbicara dengan Fahri.

"Sudah tiga hari yang lalu, embak," responnya Fahri.

"Saya di sini sangat takut sekali atas kejadian barusan, kemungkinan besar dia akan terus mengejarku sampai dia memenuhi keinginannya," tuturnya Vanila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun