Mohon tunggu...
Moh Khozah
Moh Khozah Mohon Tunggu... Penulis - Dai Bilqolam

Alumni Mahasiswa BKPI IAIN Madura

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Maaf Saya Bukan Perempuan Rupiah

23 April 2019   09:48 Diperbarui: 23 April 2019   09:58 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa pak Masrun, datang malam-malam ke sini," tanya Vanila tanpa curiga.

"Ada kepentingan sama kamu, Nak," jawabannya santai.

"Ayo masuk dulu pak," ajak Vanila masuk dan mempersilahkan duduk.

"Ada yang saya bisa bantu pak Masrun," tanya Vanila.

"Begini Vanila, saya terus terang beberapa hari kemarin saya terus melihat kamu hidup sendirian tanpa ada orang yang mendampingimu sehingga saya punya keinginan untuk menikahimu dalam waktu dekat ini," terangnya Masrun dan Vanila terkejut ketakutan mendengarnya kata-kata Pak Masrun apalagi dia seorang preman yang ditakuti oleh semua orang. Pak Masrun, memang orangnya selau terang-terangan terkait keinginannya dan tidak main-main dengan keinginannya. Vanilapun bingun antar menerima dan tidak sedangkan umur pak Masrun sudah 45 tahun sedangkan dirinya baru menginjak umur 22 tahu.

"Mohon maaf, pak Masrun saya tidak bisa menjawab sekarang. Saya beri waktu untuk bisa menjawab keinginan pak Masrun," jawabannya dengan hati yang tidak terima. Vanila berada dalam posisi kehancuran dan merasa malu pada dirinya sendiri karena telah menolak dengan terang-terang cinta Rio satu minggu yang lalu.

"Baik, kalau begitu saya akan tunggu satu minggu," kata pak Masrun sambil lalu pamit meninggalkan ruangan rumahnya. Vanila menangis histeris ketakutan atas keinginan preman tetangganya. Walau bagaimanapun ia harus memikirkan dan mengambil keputusan yang pas.

***
Satu minggu kemudian Pak Masrun kembali ke rumah Vanila. Kebetulan Vanila sudah siap menunggunya ia menggunakan pakaian yang serasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Vanila di malam ini berparas cantik nan indah. Bau harum bajunya membuat orang yang di dekatnya berbunga-bunga dan ingin selalu mendekatinya. Pak Masrun yang ditung-tunggu Vanila akhirnya datang, dengan senag hati Pak Masrun menghirup bau harum Vanila dan dapat melihat kecantikan wajah cantiknya. Senyuman Vanila membuat pak Masrun ingin segera mendengarkan jawabannya untuk menikahi dirinya.

"Bagaiman Vanila, sudikah aku menikahimu?" pertanyaan pak Masru kepada Vanila yang sedang duduk di depannya dengan raut wajah cantik dengan balutan bajunya yang menggoda pak Masrun. Dengan senyuman yang indah ia godakan kepada pak Masrun untuk menenangkan suasana yang tegang.

"Setelah saya berfikir panjang atas keiginan baik bapak, mohon maaf bapak, saya tidak bisa menjadi pendamping bapak, karena saya masih tidak bisa membuka hati kepada sipapun kecuali kepada suami saya," jawabannya dengan lembut dengan raut wajah yang tenang membuat pak Masrun terkejut.

"Apa, kamu menolak keinginanku. Aku akan memenuhi segala kebutuahanmu, aku akan membahagiakanmu dengan uang yang saya miliki dan kamu akan hidup dengan uang setiap hari" tanggapan pak Masrun geram dengan pernyataan Vanila. Anak buahnya ikut geram mendengar penolakan Vanila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun