Hal ini sebagaimana diungkapkan Eja Nur'aini dalam World Press, bahwa "Program Pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang memiliki tujuan dan melibatkan sekelompok orang (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang dimaksud adalah pencapaian hasil belajar yang berasal dari standar kompetensi. https://amaeka.files.worldpress.com. Diakses 25 Januari 2024, pukul 20.00 WIB.Â
Jelaslah bahwa pembelajaran itu harus tertata atau terorganisir sedemikian rupa sehingga dengannya akan memudahkan pelaksanaannya serta dapat mencapai hasil yang optimal. Karenanya, penilaian dan penentuan nilai tidak hanya berkutat pada nilai mitem dan UAS saja tetapi juga perlu diikutsertakan nilai hariannya.Â
Penilaian Tepat Sasaran
Kurikulum yang berkembang boleh dinamakan apa saja, tapi yang perlu kita camkan bahwa inti akhir dari sebuah pembelajaran adalah hasil yang dicapai harus sesuai dengan standar kompetensi yang diinginkan.Â
Nah..., dengan adanya "Nilai Harian" yang setiap pembelajaran dikukuhkan dengan baik, maka akan memudahkan guru di dalam menentukan nilai anak dengan tepat. Bahkan, tanpa diadakan mitem dan UAS pun, nilai tersebut kian menjadi saksi bisu yang mantap bagi setiap performa. Hal itu disebabkan nilai harian lebih autentik dibandingkan dengan nilai lainnya karena kita sudah mengadakan setiap gerakan atau sepak terjang sang siswa dalam setiap kali pertemuan.Â
Suatu pengalaman unik yang dapat penulis gambarkan ketika masih menjadi pengasuh mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Lhokseumawe, sejak berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan terus berlanjut dengan kurikulum 2013, nilai harian menjadi tumpuan utama di dalam menentukan nilai akhir sang siswa. Mengapa? Itu dikarenakan nilai tersebut bobotnya asli dan valid. Program yang penulis jalankan itu tidak pernah sia-sia dan apa yang menjadi penetapan itu selalu tepat sasaran dan tidak terdapat komplen sama sekali. Nilai mereka mampu dipertanggungjawabkan dengan lugas.Â
Jika kita hanya berpedoman pada nilai yang penulis sebutkan sebelumnya, itu belum tentu sebagaimana yang kita inginkan sesuai dengan kenyataannya. Apalagi soal yang diberikan ketika mitem dan UAS tersebut dalam bentuk multiple choice. Mereka bisa saja nyontek melalui kedipan mata sebagai kode jawaban atau teknik lainnya yang kita tidak tau. Dengannya pula yang sangat memilukan bagi anak yang dalam keseharian bagus akan bisa drop, mungkin dikarenakan pengaruh internal seperti kurang sehat saat ujian atau ada tekanan jiwa lainnya sebagai faktor eksternalnya.Â
Remedial dan Pengayaan Terealisasi dengan Baik
Diyakini atau tidak, pengalaman mengungkapkan bahwa nilai riable itu, bukan namanya saja autentik, akan tetapi dengan jelasnya nilai tersebut, program remedial bagi anak yang kemampuannya masih di bawah rata-rata dalam setiap pokok bahasan akan dapat dijalankan dengan semestinya. Demikian pula dengan program pengayaan, ini akan terus dapat diwujudkan dengan baik karena hasil penilaian harian sudah dialirkan dengan cermat di setiap kali pembelajaran dilakukan.Â
Memotivasi Belajar Siswa
Rasanya tak dapat disangkal lagi bahwa nilai murni itu akan mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan minat belajarnya. Ini dikarenakan mereka sudah melihat secara nyata hasil yang telah diperolehnya dalam setiap kali pembelajaran sebelumnya. Apalagi bila nilai mereka itu bisa disampaikan secara privasi dengan lugas yang disela dengan siraman rohani, mereka akan terpicu untuk mengejar ketinggalan bagi yang masih kurang dan akan meningkatkannya bagi yang sudah memenuhi norum pada materi sebelumnya.Â