Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perantauan

16 Januari 2024   23:34 Diperbarui: 16 Januari 2024   23:36 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: IDN Times

Oleh : Marzuki Umar

Pranata alam semesta semakin punah

Sebagian insan bergantung pada akar lapuk

Baca juga: Tikungan Kehidupan

Perantauan tidak disandingkan pada sempoa

Keuntungan dijajakan pada fitur-fitur dunia

Fokus hidup hanya harta dan permainan belaka

Menguliti kancah peradaban yang semakin kacau

Mata hati khalifah kian tertutupi indahnya pemandangan

Baca juga: Si Kecil yang Arif

Kehidupan nanti merayap ke luar buku harian

Episode keaktifan bisa berakhir siang dan malam

Mengapa itu kurang jadi perhatian...? 

Indahnya dunia laksana kapur di ujung jari

Sebentar lengket, dicolek lalu hilang pergi

Pahitnya dunia siapapun pasti mengalami

Sang balita dan tua renta tak ada yang abadi

Rumah masa depan siap-siap menanti

Model alam perantauan tak dapat tertandingi

Miniaturnya bersahaja ciptaan sang Ilahi

Manakala alam berguncang langit menangis

Paku bumi patah lembah pun meringkih pedih

Suratan takdir gak dapat dirombak berbagai dalih

Langit semakin meraung insan kian terpatung

Bumi hancur lebur alam perantauan tersungkur

Jiwa khalifah membangkitkan angan kosong

Renungan batin tertimbun penyesalan semu

Mata terpana pada semburan-semburan debu 

Ketika rembulan menitip butiran-butiran cahaya

Pasir putih tersenyum manis di tanah hampa

Rajawali memotret sinar jingga di kejauhan

Bendungan jiwa rapuh mematahkan harapan

Pemangku jagat raya hidupnya tidak nyaman

 

Suasana hati disandarkan pada mentari

Raga yang panas dimandikan keringat dingin

Semilir angin mengusir debu wajah guram

Percikan langit segera mengubah kelesuan

Semangat anak rantau kian jadi terang

Laut biru tatapan mata biru

Semoga alam perantauan akan ceria selalu

Hati nurani menoleh harapan baru

Pada petunjuk ilahi jiwanya tertumpu...! 

Bireuen, 16 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun