Amarah  Nazril memuncak. Sepulang dari acara reuni bersama teman SMA nya, ia tiba-tiba ia meradang tanpa Maya ketahui sebabnya.
"Gubrakkk."
 Suara meja di tendang dan kursi di banting membuat tubuh Maya bergetar hebat.Â
Mata Nazril  memerah karena amarah yang memuncak, tangannya melayang di udara hendak menampar pipi istrinya .
"Plakkk," Suara jemarinya beradu dengan pipi wanita cantik  berkulit putih mulus itu.Â
Maya terpekik histeris memegangi pipinya. Ada darah segar mengalir di sudut bibir wanita pemilik mata sipit itu.Â
Ini bukan untuk pertama kalinya ia merasakan pukulan dari suaminya yang baru setahun menikahinya.
Melihat darah mengalir bersama dengan pecahnya tangis istrinya. Air wajah laki-laki kekar bertubuh atletis itu berubah panik. Tangannya gemetar meraba pipi istrinya.
 " Sayang, maafkan aku ....maafkan aku," ucapnya dengan suara bergetar menahan sesal. Maya bergeming dari tempatnya. Kakinya seolah kaku tak mampu melangkah saat suaminya menggendongnya ke atas ranjang.
Tubuh Maya terguncang menangis tergugu. Hatinya sakit mendapat perlakuan yang begitu kasar dari orang yang dicintainya satu tahun terakhir ini.Â
Beberapa kali Maya mengalami kekerasan dari suaminya. Kadang hanya karena persoalan sepele, bahkan Maya sendiri tak menyadarinya.