Mohon tunggu...
Maruhum Sanni Sibarani
Maruhum Sanni Sibarani Mohon Tunggu... Akuntan - NIM: 55522120005 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Welcome !

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditng Perpajakan

13 Juni 2024   23:57 Diperbarui: 14 Juni 2024   00:20 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Apollo// Hanacakra

Meskipun tidak ada hubungan langsung antara ketiga konsep ini, bisa melihat bahwa keterampilan interpretasi, pemahaman konteks budaya, dan analisis makna dapat menjadi relevan dalam berbagai konteks, termasuk penggunaan Hanacaraka dalam budaya Jawa, hermeneutika dalam analisis teks dan karya sastra, dan pemeriksaan pajak dalam memahami kepatuhan pajak dan kondisi keuangan perusahaan.

Interpretasi kreatif tentang bagaimana konsep Hanacaraka, Datasawala, Padhajayanya, dan Maga Bathanga dapat dihubungkan dengan proses pemeriksaan pajak atau aspek-aspek tertentu dari audit pajak:

1. Hanacaraka sebagai Representasi Kreativitas:

   - Hanacaraka sebagai sistem penulisan aksara Jawa mencerminkan kreativitas dan ekspresi budaya. Dalam konteks pemeriksaan pajak, auditor perlu memiliki kreativitas dalam menghadapi tantangan dan menemukan solusi untuk masalah yang kompleks. Mereka harus mampu berpikir di luar kotak untuk menemukan pelanggaran perpajakan yang tersembunyi atau untuk memberikan saran yang inovatif kepada klien mereka.

2. Datasawala sebagai Representasi Integritas:

   - Datasawala adalah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada prinsip kebenaran atau integritas. Dalam pemeriksaan pajak, auditor harus menjunjung tinggi integritas dan kejujuran dalam mengevaluasi informasi keuangan dan pajak klien mereka. Mereka harus memastikan bahwa semua informasi yang diperoleh dan disajikan adalah akurat dan jujur, tanpa adanya bias atau manipulasi.

3. Padhajayanya sebagai Representasi Kepatuhan:

   - Padhajayanya mengacu pada kewajiban atau ketaatan dalam bahasa Jawa. Dalam konteks pemeriksaan pajak, penting bagi wajib pajak untuk mematuhi semua ketentuan perpajakan yang berlaku dan untuk mengikuti prosedur audit dengan baik. Auditor perlu memastikan bahwa wajib pajak mematuhi semua aturan dan regulasi perpajakan, serta menjalankan praktik bisnis yang etis dan sesuai dengan hukum.

4. Maga Bathanga sebagai Representasi Keterbukaan:

   - Maga Bathanga adalah istilah dalam bahasa Jawa yang mengacu pada sikap terbuka atau transparansi. Dalam pemeriksaan pajak, auditor perlu berkomunikasi secara terbuka dengan wajib pajak dan berbagi informasi dengan jelas tentang proses audit dan temuan yang mereka temui. Sikap terbuka dan transparan ini dapat memperkuat kepercayaan antara auditor dan klien, serta memastikan bahwa proses audit berjalan dengan lancar.

Dalam rangka memahami konsep-konsep ini dalam konteks pemeriksaan pajak, auditor perlu mengambil pendekatan yang kreatif dan terbuka, sambil tetap mempertahankan integritas dan kepatuhan terhadap aturan dan regulasi perpajakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun