Mohon tunggu...
farid maruf
farid maruf Mohon Tunggu... -

a little human who studied engineering.. but a bit socialist.. though sometimes behave as asocial one

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lailatul Qodr

23 Agustus 2011   16:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"lho.. ya jangan ke bidan.. ini ketubannya pecah.. jaga-jaga kalau ada apa-apa.. ke rumah sakit ae.." jawab pak Abdul..

"tapi pak.. saya sudah bilang bu bidan... mungkin akan hutang dulu untuk ongkos melahirkannya..." pak Jono dengan terbata menyambung.

"wis tho.... nanti dipikir kemudian.. yang penting istrimu selamat..."

Pak Jono terdiam ketika pak Abdul tetap menyetir mobilnya ke rumah sakit. Terbayang ongkos rumah sakit yang mahal.. becaknya yang rusak.. membuat dia semakin gelisah. Ketakutan akan biaya yang tak mampu dibayar membuat pak Jono seperti melupakan sakit istrinya.

Sampai rumah sakit, para perawat sigap menyambut mobil pak Abdul yang memang termasuk kelas mewah. Namun, begitu melihat istri pak Jono yang agak kumal, mereka agak terhenyak.

"Ini cepat dirawat.. ketubannya sudah pecah sejak sore tadi." kata pak Abdul agak membentak ketika melihat para perawat itu seperti tidak sigap mengurusi istri pak Jono meskipun rumah sakit ini milik pemerintah.

Akhirnya para perawat tersebut segera mengurus istri pak Jono, sementara yang lainnya mengajak pak Jono ke meja administrasi.

Ketika mengisi lembar administrasi, pak Jono bertanya, "Biayanya nanti boleh dihutang tidak bu?"

"Bapak harus membawa surat tidak mampu dari kelurahan... kalau tidak ya tidak boleh." jawab perawat tersebut dengan agak enggan.

"Saya yang nanggung semua... "sahut pak Abdul dari belakang ditengah kebingungan pak Jono mendengar jawaban perawat.. "mari kita tunggu saja di dekat ruang sana", ajak pak Abdul ketika administrasi sudah selesai...

Di lorong ruang bersalin, pak Jono mondar mandir dengan gelisah. Istrinya yang berjuang untuk melahirkan, ongkos rumah sakit yang mahal, bagaimana membayar hutang ke pak Abdul, surat keterangan tidak mampu di kelurahan, KTP yang dia tidak punya... semua menjadi satu membuat gelap. Sementara pak Abdul memperhatikan dengan diam. Pikirannya menerawang ketika dia juga mondar-mandir seperti itu saat istrinya meregang untuk melahirkan. Terbayang kedua anaknya yang dulu harus di masukkan box karena lahir terlalu dini. Seperti tidak tersedia lagi ruang di kepalanya untuk protes investornya ketika dia telpun tidak bisa datang ke karaoke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun