Mohon tunggu...
farid maruf
farid maruf Mohon Tunggu... -

a little human who studied engineering.. but a bit socialist.. though sometimes behave as asocial one

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lailatul Qodr

23 Agustus 2011   16:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wasalamu alaikum warrahmatullah wabarakatuh..." kalimat terakhir ustadz inilah yang masih nyanthol di telinga pak Abdul ketika ceramah selesai hampir jam sepuluh malam. Dia langsung saja bergegas tergesa pulang untuk siap-siap pergi karaoke. Sedangkan banyak jamaah lain sudah berniat dalam hati untuk kembali ke masjid berlomba mencari lailatul qodar. Sementara itu, pak Jono harus menunggu sampai kendaraan terakhir pergi dari halaman masjid, sekaligus membersihkan beberapa sampah yang ditinggalkan oleh para jamaah yang kadang lupa bahwa kebersihan juga merupakan cermin dari keimanan mereka. Meskipun pikirannya selalu terbayang istrinya yang tadi mengeluh sakit ketika dia tinggalkan.

Sudah hampir tengah malam, dan gerimis seperti semakin membesar. Namun pak Abdul sudah berada di belakang setir untuk pergi karaoke. Menjelang gerbang perumahan, dia harus berhenti karena satpam sedang berkutat di dekat becak pak Jono.

"Ada apa?" tanya pak Abdul sambil membuka jendela mobilnya ketika sampai di samping becak.

"ee.. anu pak.. menika... becak saya asnya patah.. ini mau ngantar istri saya ke bu bidan.. airnya ngrembes terus ke kaki.." pak Jono yang menjawab sambil gelisah tidak karuan.. sementara terdengar rintihan istri pak Jono disela suara gerimis..

"ooo.. itu ketubannya pecah.. segera saja kalau begitu.." pak Abdul sambil terus menjalankan mobilnya...

Entah mengapa.. tiba-tiba terlintas ingatan pak Abdul ketika istrinya mengerang kesakitan ketika dulu ketubannya pecah, bahkan hampir meninggal. Tiba-tiba saja kaki kanan pak Abdul menjejak rem, dan memundurkan mobilnya.

"Ayo tak antar saja.. nanti tidak keburu." kata pak Abdul sambil keluar dari mobilnya.

"Sampun pak.. mboten usah..." pak Jono menjawab sambil sedikit khawatir karena teringat dulu pernah melihat peminta sumbangan diusir dari rumah pak Abdul.

"Ga popo.. ayo.... masuk sini saja..." pak Abdul membuka pintu tengah mobilnya, "cepet... selak kena gerimis nanti tambah sakit."

Setelah pak Jono dan istrinya masuk mobil, pak Abdul dengan cepat melajukan mobilnya ke rumah sakit.

"Nuwun sewu pak... ke bu bidan Halimah kemawon.." pak Jono berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun