Atau jika ada tamu penting atau istimewa maka si pemilik rumah akan menghidangkan makanan napinadar sebagai jamuan santap makan. Ini jamuan yang spesial pada masa itu. Si pemilik rumah akan benar-benar menyajikan yang terbaik.
Kemudian dengan berakhirnya jamuan makan, si tamu tersebut berkeinginan untuk membalas kebaikan atas jamuan hidangan ayam pinadar gurih dan lezat yang telah disantap. Memberikan sejumlah uang atau barang yang dianggap berharga.
Mungkin nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan biaya pengeluaran untuk membuat hidangan tersebut. Si tamu akan memberikan kepada anak-anak si pemilik rumah. Itu adat istiadat pada jaman dulu.
Dari cerita tersebut saya merasa terhentak mendengar berita telah viral di media sosial dan televisi, begitu seriusnya berita tersebut dikemas, menurut saya adalah masalah biasa yang tidak perlu dibesar-besarkan.Â
Ibaratnya kita sudah memakan hidangannya namun kita komplein atas apa yang sudah kita telan. Lalu bagaimana mungkin kita komplein jika kita sudah menikmati makanan yang kita makan.
Terlalu Naif jika komplein atas makam yang kita nikmati, rasa nikmat ayam pinadar, pedas terasa menggigit di lidah, namun setelah kita kenyang dan puas, kita komplein atas makanan yang sudah masuk dalam perut. Logika apa coba yang kita pakai dalam pikiran kita.
Lebih heran lagi salah satu Media Televisi Indonesia juga ikut heboh, sampai-sampai disibukkan dengan Telekonferensi segala. Ikut menguak dan menginterogasi si ibu penjual. Memberitakan bahwa warung tersebut terkesan aneh bin ajaib. Melebihi berita penangkapan Kasus korupsi di tanah air.
Kalau pun kurang merasa puas dengan harganya, kita bisa tanya baik-baik. Atau diskusikan secara tenang dan kekeluargaan. Bukan langsung membuat video kemudian memviralkannya.
Apalagi, banyak juga yang ingin membuat heboh seantero dunia, men-share, posting secara berulang-ulang, namun kita tidak sadar kita sebenarnya telah melukai hati sesama.
Budaya menjatuhkan, terkapar, mampus tak benafas hingga kita merasa puas dan senang itu masih terjadi dalam kehidupan kita.
Saya pikir ibu itu tidak sanggup lagi, ibarat berperang sudah mengangkat bendera putih sebagai tanda menyerah atas bullyan terus menyerang bertubi-tubi, atas berita heboh seantero dunia.