Baru-baru ini berita tentang warung makan Ayam Napinadar di Sidikalang kabupaten Dairi, dengan harga Rp 800 ribu, menyuguhkan dua ekor ayam Kampung, sonter terdengar. Cuplikan video menayangkan seorang pembeli komplein dengan harganya yang tidak normal.Â
Cuplikan video tersebut benar-benar viral menggurita, ditonton oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Ribuan komentar membully si penjual ayam pinadar tersebut. Mencemooh dan mencebiri.
Ada yang mengatakan masak cuma dua ekor ayam harganya Rp 800 ribu. Kemudian ada yang mengatakan warung harga restoran, dan masih banyak lagi.
Boleh saja kita merasa sangat kecewa dengan harga di luar akal pikiran, hanya menghidangkan dua ekor ayam Kampung beserta hidangan lainnya dipatok dengan harga Rp 800 ribu.
Namun kita harus berpikir lebih dalam lagi, di saat kita membully dan memposting berulang kali cuplikan video tersebut, kelihatan kita seperti orang yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidup kita.Â
Kadang kita berganggapan bahwa apa yang telah dilakukan oleh si penjual ayam pinadar tersebut sudah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang begitu teramat fatal.Â
Bahkan kita merasa si ibu penjual ayam pinadar tersebut benar-benar telah melukai, menelanjangi hati dan pikiran kita, hingga kita ingin membalas menjatuhkan bahkan ingin membuat ibu sipenjual tersebut menjadi terpuruk. Kalau boleh ibu si penjual tersebut dipermalukan di depan banyak orang semalu-malunya.
Kita tidak sadar atas apa yang lakukan sudah mencederai perinsip manusiawi seutuhnya.Â
Dengan racikan bumbu-bumbu pilihan yang mungkin orang-orang tertentu yang dapat membuatnya. Rasa khas yang pedas menggigit lidah dibentuk dari bumbu andaliman. Ramuan sambal dan sop.
Jaman dulu Masakan Napinadar dijadikan sebagai hidangan menyambut raja-raja, jika bertamu dan bertandang ke rumah seseorang.