Setiap manusia pastilah memiliki perspektifnya masing-masing dalam memandang suatu hal. Dalam proses pendidikan, setiap perspektif orang dewasa kerap dijadikan acuan oleh para murid dalam membentuk perspektif mereka kelak. Berbagai macam perspektif yang para murid serap dalam masa belajarnya, kelak akan membangun pandangan mereka sendiri saat dewasa nanti.
Dalam menyikapi fenomena LGBT, mau dibawa ke mana perspektif si anak? Selain perspektif para guru, perspektif orang tua sebenarnya juga ikut menentukan. Sayangnya, masih banyak orang tua yang kurang berminat dalam proses pembentukan perspektif ini. Prinsipnya, yang penting SPP lunas, hasil rapor anak bagus, perilakunya juga OK, jadi tidak ada masalah. Sudah saatnya, orang tua juga ikut andil dalam proses pendidikan anak dan tidak hanya serta-merta menyerahkan pada para gurunya saja. Â
Sebagai guru pun, alangkah sehatnya jika memiliki insiatif untuk membangun komunikasi dan mengajak orang tua ikut terlibat dalam proses pendidikan para murid. Biar bagaimana, anak merupakan tanggung jawab yang Tuhan berikan pada orang tuanya, bukan? Jika sebagai guru tidak mengingatkan para orang tua akan tanggung jawab tersebut, lalu siapa lagi? Atau para guru justru ingin 'kebablasan' mengambil tanggung jawab sebagai orang tua kandung para murid? Silakan saja jika sudah siap dengan segala konsekuensinya :)
martheressa @hommel_edu
Â
REFERENSI:
The latest 'gay gene' study gives no comfort to homophobes.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI