Tidak ada kata terlambat, Nisa selalu mengingatkanku lewat kata-kata itu. Aku tidak sabar untuk bertemu mereka, keluarga kecilku yang selalu membawa kebahagiaan.
Hari itu, langitnya sangat indah, matahari terlihat memancarkan sinarnya dengan begitu manis. Kurasa, ini adalah waktu yang tepat, untuk menutup pekan terakhir dengan istimewa. Aku terdiam dalam lamunan, memandangi langit beserta keindahan cahayanya yang berpendar menemani laju kencang mobilku di sore itu.
*
Kami sangat beruntung karena langsung memiliki rumah setelah menikah. Aku dan Nisa tinggal di sebuah permukiman yang lokasinya cukup jauh dari tempat aku bekerja. Meskipun sempat hampir ditipu oleh kontraktor, rumah ini adalah salah satu mimpi kami yang berhasil terwujud.
Dari luar, bangunannya tampak minimalis dan cerah, lengkap dengan cat putih terang yang mewarnai setiap sudutnya. Sayangnya, beberapa sisi di bagian dalam mulai terlihat tidak terawat, seperti bangunan tua yang tidak ditempati oleh manusia. Wajar saja, aku bekerja mati-matian dari pagi ke pagi, sedangkan Nisa, istriku, tentu saja disibukkan dengan menjaga Nala, mengawasinya ke mana pun dia pergi.
Kami hanya memiliki satu kamar tidur, tapi aku dan Nisa berniat untuk merenovasinya ketika nanti Nala mulai masuk sekolah. Sesekali, ibu menyempatkan diri untuk berkunjung, mampir untuk mengunjungi cucunya, dan membantuku membereskan lemari pakaian.
"Kemeja ini yang bikin ayahmu jadi kelihatan gagah, lho!" begitu kata ibu setiap melihat kemeja kuning yang aku pakai setiap Jumat, sambil sesekali membantuku membereskan pakaian yang berantakan di dalam lemariku.
Sejujurnya, ibu sudah terlalu tua untuk membantu kami melakukan pekerjaan rumah yang sebenarnya remeh dan bisa dikerjakan sendiri. Aku sadar bahwa kebiasaan ini tidak baik.
Ya, ibu masih sering membantuku membereskan pakaian. Kamarku berantakan tidak karuan, butiran debu yang beterbangan menghiasi kamarku setiap kali aku mengambil baju dari tumpukan pakaian yang tidak teratur. Sejak ayah pergi, semua pakaiannya dilimpahkan ke lemariku. Beberapa baju yang sudah lama tidak dipakai perlahan mulai digerogoti oleh jamur.
Lantainya juga sudah mulai lengket, aku dan Nisa hanya menggunakan air untuk mengepel lantai. Rasanya sudah sangat lama, sejak terakhir kali Nisa membeli pembersih lantai. Dia terlalu sibuk menjaga Nala.
Syukurlah, ibu masih bersedia untuk mampir, sesekali membantu kami membersihkan rumah.