Mohon tunggu...
Siti Mariyam
Siti Mariyam Mohon Tunggu... Lainnya - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Buta: Selalu Ada Pesan di Setiap Musibah

3 Maret 2024   03:03 Diperbarui: 3 Maret 2024   05:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by Bing.com & Canva

"Kak, wajah lo gak berubah, kan?" Gue berkata sambil menggerakkan tangan mencari wajah Kak Tyco yang tengah berada di samping gue. Gue takut akan lupa wajahnya dia.

"Enggak lah, orang wajah ganteng begini. Emang mau berubah jadi apa?" Ia langsung menarik tangan gue dan menempelkannya pada wajahnya.

"Kali aja jadi Thanos, kan serem, jahat pula. Hahaha,"

"Si*lan lo!"

"Hahaha,"

Setelah gue meraba-raba, wajahnya Kak Tyco tidak berubah, masih sama. Matanya dua, hidungnya mancung lubangnya dua, ada bibir dan dagu. tidak berubah. Dia masih jadi kakak gue. Gue manggilnya dengan sebutan 'Kak', terkadang ditambah dengan nama depannya 'Tyco', menjadi 'Kak Tyco'.

Sebenarnya gue merasa jadi adik yang kurang sopan (k*rang aj*r lebih tepatnya). Sama kakak sendiri bahasanya 'lo' dan 'gue' padahal panggilan buatnya sudah sangat sopan, yaitu 'kakak'. Gue juga tidak tahu kapan panggilan itu gue pakai, yang jelas sudah dari sananya begitu. Hehehe. Sepertinya bukan hanya gue yang berbahasa kurang sopan sama kakak sendiri, rata-rata adik lelaki yang memiliki kakak lelaki juga pasti sama. Ngaku aja deh kalian yang begitu. Hihihi.

Begitulah cerita gue yang baru menjadi orang buta. Penyebabnya apa, gue tidak bisa cerita. Nanti gue jadi 'cengeng' lagi. Tapi, kapan-kapan gue akan cerita. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengungkit-ungkit itu. Gue tidak marah sama Tuhan atas apa yang menimpa gue ini. Gue malah bersyukur, dengan keadaan yang seperti ini buat hubungan persaudaraan gue dan Kak Tyco menjadi lebih dekat.

Sebelumnya, jangankan mengobrol, makan pun gue selalu sendiri karena Kak Tyco lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Sekarang, telinganya selalu siap mendengarkan curhatan gue. Setiap kali gue meminta bantuan seperti mengambilkan minum atau membuatkan makan pun dia selalu siap melaksanakannya. Bukan bermaksud untuk merepotkan, tapi gue benar tidak bisa melakukan hal itu sendiri. Tidak apa-apa, lah. Anggap aja semua itu pengganti waktu Kak Tyco dulu yang jarang memperhatikan adiknya. Hehehe.

Gue belum yakin 100% bisa melakukan semua hal seperti pada saat mata gue bisa melihat, contoh lainnya adalah menyeduh kopi dan memasak mie instan. Dua hal yang sangat mudah itu tidak bisa gue lakukan pada dengan keadaan mata gue yang sekarang.

Untuk menyeduh kopi, gue pernah mencoba buat. Tapi kalau memasak mie, keberanian buat mencoba memasaknya aja tidak ada. Gue takut kompornya meledak saat dihidupkan. Akibatnya bukan hanya mencelakai gue, mencelakai Kak Tyco dan bisa jadi orang lain juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun