"Bukan panik lagi gue. Jahat banget lo niggalin adek lo sendirian. Terus tadi di jalan gue dimaki-maki sama orang-orang lagi,"
"Dimaki-maki gimana? Lo emang ngapain?"
"Udah, ah. Males gue sama lo. Pokoknya lo kakak terjahat di dunia, karna udah ngebiarin adek lo yang buta ini sendirian di luar rumah!"
"Jadi lo marah sama gue? Sorry, Yo."
Setelah mendengar ucapan terakhir Kak Tyco tersebut, gue tidak bisa menahan air mata yang sedari tadi pengin keluar. Gue menangis sejadi-jadinya. Gue gak marah sama lo, Kak. Tapi gue marah sama orang-orang yang memperlakukan gue yang gak baik di jalan tadi.
"Tyo, kok lo nangis? Tadi di jalan kenapa? Ada yang luka? Ada yang sakit? Mana yang sakit? Tunjukkin ke gue, biar gue obatin." Kak Tyco berkata dengan panik setelah tahu adik lelakinya ini meneteskan air mata. Apaan, sih, gue? Jadi cengeng gini. Tapi jujur, dada gue sesak.
"Hati gue yang sakit, Kak. Orang-orang di jalan tadi memperlakukan gue yang gak baik. Tadi gue sempat jatuh, kan, terus tongkat gue ke lempar gak tahu ke mana. Bukannya membantu, mereka malah maki-maki gue karena gue menghalangi jalan mereka.
Jadi gitu ya, sikap mereka sama orang-orang yang punya kekurangan di luaran sana? Gue bisa terima kalau gue yang digituin, tapi gue gak bisa terima kalau yang lain yang digituin.
Kita, manusia gak ada yang sempurna, pasti punya kekurangan. Sekalipun sempurna, pasti ada kurangnya juga. Ini gak adil, Kak!" Gue menjelaskan perasaan yang sedang gue rasakan pada Kak Tyco. Tanpa sadar, air mata gue sudah banyak yang berjatuhan sampai gue tersedu-sedu. Jujur, gue sangat sedih mengetahui jika yang lain diperlakukan kayak gitu.
"Begitulah manusia di dunia ini, Yo, banyak macamnya. Kita gak bisa buat orang lain peduli dan baik terhadap kita, walaupun kita selalu melakukan hal itu. Meskipun begitu, kita gak boleh berhenti untuk terus melakakukan kebaikan, karena apapun yang lo lakukan di dunia ini, pasti ada balasannya. Lo mesti ingat, gak ada kebaikan yang berbalas keburukan. Mata Tuhan gak akan pernah salah dalam melihat setiap perilaku hamba-Nya." Kak Tyco menjawab curhatan gue sambil mengusap-usap bahu gue. Ia juga sesekali menghapus air mata gue.
"Gue lebih baik kehilangan penglihatan gue dari pada harus kehilangan rasa peduli terhadap yang lain."