Mengetahui Inka yang begitu perhatian pada Kak Reno, aku tak jadi melihatnya di dalam sana dan memutuskan untuk kembali ke kelas, kebetulan lima menit lagi waktu istirahat habis. Bukannya tak peduli, aku tak mau Kak Reno tambah sakit jika aku dan Inka ada masalah lagi.
      Aku sungguh ingin menariknya ke luar dari dalam ruangan itu, geram sekali melihatnya bersikap manis pada saudaraku. Kak Reno pasti akan tetap menyayangiku meski dengan keadaannya sekarang aku tidak ada di sampingnya.
      "Rena, kakak kamu, tuh, lagi sakit di UKS. Kamu malah asyik-asyikkan main hp,"
      Tiba-tiba Inka berkata begitu sambil berdiri di depanku yang sedang mengetik pesan Whatsapp untuk Kak Reno. Rupanya ia masih ingat waktu masuk ke kelas. Aku pikir ia tak akan ingat waktu bila tengah berada di dekat Kak Reno.
      "Jadi adik gak peduli banget sama kakaknya!" Inka melanjutkan ucapannya tersebut yang kembali membuatku geram.
      Gadis itu tak tahu, aku memainkan handphone untuk menanyakan pada Kak Reno bagaimana keadaannya, bukan seperti yang ia katakan. Ternyata ia belum berubah!
      "Jaga mulut kamu! Kamu pikir aku gak peduli sama kakakku? Aku tadi udah datang ke UKS untuk melihatnya. Tapi setelah tahu kamu ada di sana, aku mengurungkan niat itu. Aku pikir kamu udah berubah, ternyata belum. Dan asal kamu tahu, sampai kapanpun aku tetap gak suka kamu dekat dengan Kak Reno!"
      Inka hanya diam mendengarkan aku berbicara dengan wajah yang terlihat begitu marah kepadaku. Tak akan kubiarkan gadis itu terus menyukai Kak Reno. Tanpa menjawab, Inka meninggalkanku menuju meja belajarnya. Guru yang akan mengajar kami setelah istirahat pun sudah datang.
      Selama kelas belajar berlangsung, aku tak tenang, terus memikirkan bagaimana keadaan Kak Reno sekarang, sebab pesanku belum dibalas olehnya. Aku pun memutuskan ke luar kelas untuk melihat dirinya dengan alasan izin ke toilet pada guru yang mengajar kami saat ini.
      Pertama aku menuju UKS, namun ia sudah tak ada di sana. Kemudian aku ke ruang guru, tetap tak ada. Aku akhirnya bertanya pada salah seorang guru yang kutemui, di mana keberadaan guru bahasa Indonesia itu. Ternyata Kak Reno sedang mengajar di kelas sebelas yang ada di lantai dua bangunan ini. Tanpa membuang waktu, aku langsung menuju ke sana agar pikiranku tenang, tak lagi mengkhawatirkan dirinya.
       "Kak, aku ada di luar. Kakak tolong ke luar sebentar, ya?"