Semenjak kakakku menjadi guru di sini, belajarku gak tenang karena melihatnya di dekati kamu juga yang lain setiap hari. Aku cemburu, Inka, aku cemburu!"
Aku menjawab dengan kesal, seperti pemain sinetron di televisi saat mengetahui kekasihnya diambil oleh orang lain.
Aarrgghh.. kenapa aku jadi drama seperti ini, sih? Kan berabe kalau misalnya aku diajak main sinetron oleh sutradara, bisa-bisa jadi pemain sinetron beneran. Padahal cita-citaku bukan menjadi itu. Hihi
Apaan sih, aku ini? Kaya bisa akting aja. Berpura-bura menjadi orang jahat saja tidak bisa, apalagi menjadi pemain sinetron yang harus menguasi semua peran.
      Inka hanya diam mendengarnya, sambil menatapku dengan penuh amarah dan menahan tangis yang ingin pecah. Ia pasti tak menyangka mengetahui semua ini. Guru yang ia kagumi ternyata merupakan kakak dari teman yang ia musuhi. Tapi,
ia tidak bisa memungkiri itu, karena kenyataannya sudah seperti ini.
      "Kalian kenapa?"
      Tiba-tiba suara Kak Reno menyadarkan kami berdua dari kediaman.
      "Inka, Rena, kenapa?" Katanya kemudian.
      "Bapak tega udah membohongiku dan semuanya. Rena ini adik bapak, kan? Aku kecewa sama bapak!"
      Seketika air mata Inka meluncur di pipinya yang mulus setelah mengatakan itu, ia lalu masuk ke kelas. Sementara Kak Reno yang tidak mengerti mengapa ia begitu wajahnya dipenuhi tanda tanya, kemudian melihatku dan berkata. "Rena, ada apa?"