Sayangnya, kritik seperti ini tidak sering kita dengar dari kelompok ini. Mungkin, bagi mereka, "isu besar" kurang menarik dibandingkan "isu panas."Â
Ini tentu saja kekecewaan besar bagi masyarakat yang berharap pada oposisi untuk benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan sekadar kepentingan popularitas.
Terlepas dari semua itu, ada satu hal yang tak bisa diabaikan: meskipun sering dianggap sebagai "oposisi eksistensial," suara mereka tetap penting dalam lanskap politik Indonesia.Â
Pada akhirnya, publik yang akan memutuskan, apakah mereka memang pantas disebut "Tokoh Masyarakat" atau sekadar "tokoh yang membutuhkan masyarakat."Â
Dan bagi para kritikus sejati, ada satu pesan sederhana: jika memang berkomitmen untuk rakyat, buktikanlah dengan kualitas kritik yang berorientasi pada solusi, bukan sekadar beda pendapat.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H