Sementara di Indonesia, dengan segala hormat, para tokoh ini sepertinya lebih sibuk mencari perhatian ketimbang menciptakan solusi.Â
Mungkin mereka memahami bahwa perhatian publik bukan lagi soal apa yang dikatakan, tapi siapa yang paling "menghebohkan."
Peran Media dan Netizen: Kolaborasi yang Menguntungkan
Dalam konteks ini, peran media dan netizen tidak bisa diabaikan. Media yang terus berorientasi pada clickbait akan selalu siap memberi ruang bagi mereka yang "beda pendapat."Â
Di sisi lain, para netizen yang sebagian besar bersenang-senang memanas-manasi suasana, memberikan panggung baru bagi para "oposisi tersisih" ini.Â
Kolaborasi antara media yang haus berita dan netizen yang penuh antusiasme ini tak hanya menjaga posisi mereka di atas panggung, tetapi juga memastikan bahwa mereka selalu punya audiens.
Namun, ada juga netizen yang cerdas, yang mulai bertanya-tanya: Apakah semua kritik ini memang demi kepentingan rakyat? Ataukah sekadar bentuk kekecewaan personal karena tak lagi berada di lingkaran kekuasaan?Â
Toh, jika dilihat dari rekam jejak, sebagian dari mereka pernah menikmati manfaat dari kekuasaan yang kini mereka kritik habis-habisan. Sungguh ironi yang menarik.
Harapan Publik untuk Oposisi yang Sehat
Bagi demokrasi yang sehat, kita semua membutuhkan oposisi yang sejati: yang berbicara berdasarkan data, kritis tanpa bias, dan berani mengangkat isu-isu yang benar-benar menyentuh kehidupan banyak orang.Â
Isu-isu seperti ketahanan pangan, pendidikan berkualitas, akses kesehatan, dan stabilitas ekonomi.Â