Perubahan yang berwarna pemaksaan ini rupanya sampai saat ini menyisakan perlawanan. Pemakaian koteka dalam realita di atas konteksnya memang dalam bingkai ini.
Rupanya di antara generasi muda Papua semakin ada rasa bangga akan akar budaya mereka. Mereka tidak ingin didikte oleh nilai - nilai luar yang belum tentu juga sesuai dengan kultur asli mereka.
Kaum muda ini juga menolak jika dinilai budaya asli yang mereka miliki dianggap lebih rendah dari budaya lainnya.
Pemakaian koteka hanyalah simbol dari perlawanan dan rasa bangga itu.Â
Tentu saja kita harapkan gerakan ini tidak hanya terbatas dalam menggunakan pakaian adat, tapi lebih dalam lagi kiranya para mahasiswa yang mewakili kaum intelektual ini sungguh mampu menggali nilai luhur lain dari budaya dan kultur Papua.Â
Pada gilirannya diharapkan nilai - nilai luhur itu bisa menyumbangkan keindahan dan kekayaan luar biasa bagi bangsa Indonesia yang memang beraneka ragam budaya, kultur dan agama ini.Â
Di sisi lain juga diharapkan usaha menggali nilai luhur ini tidaklah menjadi alsan untuk membenci budaya dan kultur lainnya.
Karena menjadi Indonesia memang harus bisa menerima keberagaman sekaligus juga mampu menyumbangkan kebhinekaan.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H