Mohon tunggu...
maritha susanti
maritha susanti Mohon Tunggu... -

Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengubah Indonesia Dari Kita, Untuk Kita, dan Oleh Kita (Sebuah pandangan teoritis Corporate Communication mengenai Indonesia 10-15 Tahun kedepan)

29 Oktober 2013   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:53 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia dulu adalah bangsa dengan nasionalisme perjuangan yang tinggi, tetapi saat ini nasionalisme itu sendiri yang dipertanyakan. Kemanakah nasionalisme itu sekarang? mengapa dan apa yang menyebabkan "ia" semakin memudar dan sudah tidak populer lagi saat ini?

Nasionalisme menurut KBBI (http://kbbi.web.id) adalah (1) paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, (2) kesadaran keanggotaan di suatu bangsa yang secara potensial atau aktual secara bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham atau ajaran kepada anggota suatu bangsa atau negara untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, dan secara sadar baik dengan secara individu atau bersama-sama anggota suatu bangsa itu bekerjasama atau berusaha untuk mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemamuran dan kekuatan bangsa itu sendiri. Dan hendaknya paham tersebut dapat hadir secara otomatis dari dalam diri anggota bangsa tersebut dan ditularkan atau dibagikan kepada sesama anggota bangsa itu hingga dapat membantu tercapainya tujuan bangsa dan negara tersebut.

Nasionalisme seperti layaknya embrio atau makhluk hidup yang juga tumbuh dan berkembang sesuai dengan bentuk-bentuk zaman yang berubah. Pada awalnya nasionalisme kebangsaan Indonesia menjadi embrio lahirnya negara Indonesia. (Kompas, dalam Sarjadi dan Rinakit, 2004).

Jika dulu nasionalisme adalah bagaimana suatu bangsa mewujudkan rasa cinta tanah air dengan cara berjuang melawan penjajah, maka sekarang setelah Indonesia merdeka nasionalisme memasuki babak baru yaitu sebuah "energi" yang menggerakkan untuk membangun bangsa.

Tetapi setelah beberapa tahun kemerdekaan Indonesia ini dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia di tahun 1997, Indonesia terbangun dari tidur panjang dimana negara kembali terusik dengan kesemena-menaan para penyelenggara negara yang tidak amanah menjalankan fungsinya. Sebuah isu korupsi, kolusi dan nepotisme melanda Indonesia di era presiden Suharto yang menyebabkan krisis moneter, dimana perekonomian di Asia melemah termasuk Indonesia. Selain terjadi demonstrasi besar-besaran mahasiswa, terjadi pertumpahan darah, banyak perusahaan yang pailit dan akhirnya masa Suharto diganti oleh pemerintahan yang baru.

Berlanjut pada era berikutnya, yaitu pada abad 21 dimana di Indonesia diberlakukan otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 (dalam Saryadi dan Rinakit, 2004). Otonomi daerah ini juga menyebabkan menggesernya rasa nasionalisme Bangsa Indonesia yang dulunya sangat kental mulai tergerus oleh rasa nasionalisme kedaerahan. Contohnya saja mulai banyaknya gerakan separatis mulai dari Aceh, Papua, dan Maluku.

Belum selesai persoalan mengenai lokalisme kedaerahan yang menjadikan lunturnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia, pada era pra reformasi negara mulai digonjang - ganjing dengan isu Korupsi dari para pejabat-pejabat negara yang konon merupakan wakil rakyat.

Selain itu juga zaman yang ada saat ini juga sudah masuk era globalisasi, dimana terpaan-terpaan Internasionalisasi sangat kuat. Contohnya saja berjamurnya K-Pop dari korea selatan yang sangat digandrungi oleh anak muda Indonesia. Belum lagi masalah-masalah lain yang terdesak dan berjejal di Indonesia ini,

Jika melihat lagi situasi seperti ini apakah kita masih bisa melihat "nasionalime" itu dalam diri pribadi bangsa ini? Apakah masih? Rasa nasionalisme dipegang erat-erat oleh rakyat jika penyelenggara negara saja sudah berbohong pada rakyat?

Itulah situasi saat ini dimana terjadi sebuah dilematis yang besar antara nasionalisme sesungguhnya dengan nasionalisme yang masih malu-malu kita tegakkan karena malu mengatakan bahwa "Aku Indonesia.." karena masalah besar yang telah melanda Bangsa dan negara ini.

Untuk itu perlu ada langkah-langkah yang di ambil oleh bangsa yang perduli untuk menyelamatkan Indonesia.

Langkah-langkah tersebut itulah yang nantinya akan menjadi mimpi dan harapan bangsa untuk Indonesia 10-15 tahun kedepan. Evaluasi, benahi diri, perkuat landasan negara, perkuat bangsa dan komunikasi, dan cari lagi identitas diri yang sebenarnya. Visi misi Indonesia perlu lagi digali untuk menjadi cambuk semangat Bangsa Indonesia.

Melihat pernyataan di atas dapat terlihat bahwa Indonesia merupakan sebuah perusahaan besar yang sedang mengalami krisis, terutama krisis dalam internal perusahaan atau bangsa itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya Publik Relation yang baik, untuk memperbaiki citra bangsa itu sendiri di mata rakyatnya.

Penulis tidak terlalu terfokus untuk memperbaiki citra Indonesia di mata dunia International, karena saya merasa peran Indonesia di dunia International sudah baik sejauh ini buktinya adalah penghargaan-penghargaan yang pernah diraih oleh Indonesia yaitu : 1. Penghargaan yang diterima oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari masyarakat bisnis Amerika dan ASEAN yang berpusat di New York, Amerika Serikat, lantaran SBY dianggap memajukan perekonomian Indonesia dari ancaman krisis global, 2. Penghargaan yang kedua yaitu penghargaan di bidang lingkungan hidup dari 3 organisasi lingkungan hidup dunia , atas prestasinya memprakarsai segitiga terumbu karang serta melestarikan sumber daya laut dan pesisir pantai di 6 negara yaitu : Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan kepulauan Solomon. (http://news.liputan6.com/read/439905/sby-terima-dua-penghargaan-di-as) tanggal 25 September 2012. selain itu untuk yang penghargaan yang ketiga yaitu penghargaan dari organisasi nirlaba (AoCF) Appeal of Concience Fondation, penghargaan tersebut sebagai bentuk terciptanya toleransi beragama di negara ini. Tetapi masalahnya adalah banyak rakyat Indonesia yang tidak setuju SBY mendapat penghargaan ini. Mereka menilai penghargaan tersebut tidak sesuai fakta.

Berdasarkan pernyataan di atas, menurut pendapat saya justru kita harus berbangga bahwa presiden SBY dengan kemampuan diplomasi dan komunikasi antar negara sangat baik, bahkan ini justru peran PR Indonesia di Luar negeri juga dapat dinilai baik karena dengan adanya komunikasi yang terjalin antar kepala negara, pejabat negara dan juga pemberitaan mengenai Indonesia di Luar negeri pun sudah baik. Hal ini akan juga menjadikan Indonesia lebih dipercaya oleh Masyarakat Luar negeri. Dengan begitu tidak sedikit juga orang luar tersebut berbondong-bondong datang ke Indonesia berwisata ataupun menaruh sahamnya di Indonesia. Hal ini pasti sangat menguntungkan untuk menambah devisa negara dan juga menambah kesejahteraan Indonesia. Maka menurut saya penghargaan-penghargaan seperti ini harus didukung penuh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi mengapa banyak protes, Citra pejabat dan kepala negara di Indonesia sudah menjadi buruk dimata publik. Oleh karena itu sudah saatnya Citra Indonesia di mata rakyat Indonesia itu sendiri yang butuh diperbaiki, sehingga rasa nasionalisme yang dulu begitu membara bangkit kembali untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang lebih nyata.

Oleh karena itu dari berbagai macam paparan narasi di atas saya sebagai penulis punya banyak mimpi mengenai Indonesia 10-15 tahun ke depan. Ada beberapa mimpi yang diharapkan dapat terwujud, diantaranya adalah :



  1. Indonesia menjadi negara yang lebih damai dan tenteram


  2. Kemiskinan di Indonesia menurun


  3. Pendidikan di Indonesia sudah merata


  4. Rakyat Indonesia semakin bijak dan lebih mencintai Indonesia


  5. Indonesia di jabat oleh presiden yang lebih mengetahui keadaan rakyat dan sudah tidak lagi dijabat oleh antek-antek orde baru.


  6. Korupsi menurun tajam.


  7. Sistem peradilan semakin baik


  8. Sistem pembangunan di Indonesia semakin baik


  9. Budaya Indonesia semakin terjaga dan diakui oleh dunia luar.

Dari mimpi-mimpi tersebut ada satu mimpi yang ingin terwujud di Indonesia adalah kembalinya rasa nasionalisme rakyat Indonesia ini kepada Negara Indonesia itu sendiri dengan sangat menghargai dan semakin bijak melihat adanya perbedaan yang ada di negara Indonesia ini. Tentunya ada langkah - langkah yang harus dicapai.

Karena diperlukan analisis disisi corporate communication, maka penulis akan membahas mengenai corporate communication.

Corporate Communication menurut Soedarsono (dalam Irwansyah, 2011) adalah kegiatan komunikasi yang efektif yang mendorong ke arah peningkatan performance perusahaan dengan cara sebagai berikut :



  1. mengumpulkan isu-isu yang penting yang menyangkut: kebijakan komunikasi, manajemen komunikasi, shareholders,publisitas dan advertising, dan manajemen krisis


  2. menjalin hubungan dengan beragam kelompok organisasi maupun publik luar sebagai bagian dari kelompok yang beragam tapi mempunyai tujuan sama.


  3. Mengembangkan image perusahaan melalui iklan, komunikasi yang efektif dengan karyawan agar tercipta suasana kerja yang sehat dan menyenangkan

Dari pernyataan di atas dapat kita lihat elemen-elemen dalam corporate communication adalah :

a. Publik relation

b. Community relations

c. Media Relations

d. Shareholders relations

e. employee relations.

Ketika kita sudah mengetahui elemen-elemen yang akan terlibat dalam corporate communication, maka kita dapat mengetahui bagaiman elemen-elemen itu bekerja untuk sebuah perusahaan.

Dikarenakan Indonesia adalah sebuah perusahaan yang sedang mengalami krisis, maka corporate communication yang ada bertugas untuk menanggulangi krisis yang ada. Hasil dari observasi bahwa yang perlu dibenahi adalah image dari Indonesia itu sendiri. Sedangkan untuk permasalahan image itu sendiri, dibutuhkan PR yang handal dalam sebuah perusahaan. Jika Indonesia adalah sebuah perusahaan, maka hendaknya PR yang harus terlibat, sebaiknya dari atasannya terlebih dahulu yaitu presiden lalu turun sampai ke pejabat-pejabat daerah.

Tugas Public relation menurut Cutlip dkk (2006) adalah :



  1. Menulis dan mengedit : menyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau siaran, feature, newsletter, untuk karyawan dan stakeholder eksternal, iklan, website, dll


  2. Hubungan Media dan Penempatan Media : mengontak media koran, majalah, suplemen mingguan. Merespon permintaan informasi oleh media, emmferivikasi berita, dan membuka akses ke sumber otoritatif.


  3. Riset : Mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren isu yang sedang muncul, iklim politik, dan peraturan perundangan liputan media dan lain-lain.


  4. Manajemen dan Administrasi : Pemrograman dan perencanaan dengan bekerjasama dengan manajer lain.


  5. Konseling : memberi saran kepada manajemen dalam masalah sosial, politik dan peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen., dll.

Dari beberapa uraian tugas PR di atas dapat disimpulkan bahwa PR negara Indonesia dapat merupakan pahlawan sebagai penghubung antara pemerintah dan rakyat. Agar memunculkan rasa nasionalisme yang luntur karena beberapa hal yang telah terjadi di Indonesia.

Indonesia sebagai suatu bangsa saat ini sedang mengalami sebuah kerisis karena merajalelanya kekuasaan para pemegang kekuasaan. Dengan memperkaya dirinya sendiri tanpa memikirkan nasib bangsa yang menjadi korban atas kesemena-menaan para pejabat-pejabat public tersebut.

Seperti yang sudah disinggung pada awal tulisan ini, Indonesia ibaratnya sebuah perusahaan, tetapi perusahaan yang sedang mengalami krisis yang melanda internal perusahaan itu sendiri. Dampaknya adalah orang-orang di dalamnya menjadi saling tidak percaya, selain itu public pun menjadi tidak pecaya lagi dengan perusahaan atau institusi itu.

Hal ini menjadikan orang-orang Indonesia tidak lagi merasa memiliki Indonesia, karena para pejabatnya tidak amanah dalam memegang kepercayaan rakyat. Oleh karena itu jika ada permasalahan yang menimpa Indonesia atau pemerintahan, rakyat cenderung menyalahkan pemerintah. Padahal dapat saja jika rasa memiliki rakyat Indonesia pada bangsa Indonesia itu sendiri, otomatis apabila ada permasalahan yang melanda Indonesia bukan hanya menyalahkan presiden atau menteri atau pemerintah saja, tetapi ada baiknya juga rasa ingin menyumbang baik pemikiran maupun tenaga untuk membangun dan menata kembali Indonesia ada dalam diri masing-masing individu atau rakyat Indonesia itu sendiri.

10-15 tahun ke depan globalisasi akan semakin tinggi, sebuah Negara jika tidak kuat dari dalamnya atau orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dan juga terdiri dari orang-orang yang punya rasa memiliki yang tinggi, maka bisa saja akan kehilangan identitas diri atau identitas kebangsaan itu sendiri. Maka hendaknya dari sekarang hendaknya perkuat rasa keIndonesiaan. Dan mengembalikan lkagi citra pemerintahan Indonesia di mata publik.

Jika di lihat krisis yang melanda Indonesia adalah jenis krisis persepsi public. Menurut (Nova, 2009) adalah saat krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya mungkin akan menjumpai krisis lain karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak teratasi dengan baik.

Krisis ini biasanya disebabkan karena perusahaan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat atau yang bertentangan dengan keinginan atau kepentingan public. Misalnya saja krisis mengenai hilangnya kepercayaan public terhdap para pejabat pemerintahan, bahkan oleh seorang presiden karena banyaknya korupsi yang melanda di Indonesia, akhirnya public bersikap apatis terhadap pemerintah.

Sikap ketidakpercayaan public ini jika ditidak ditindaklanjuti akan menjadi krisis yang lebih besar lagi. Oleh karena itu perlu penanganan segera. Biasanya jika didalam perusahaan terjadi krisis maka yang lebih berperan untuk menjadi fasilitator antara perusahaan dan public adalah public relation, begitu juga Indonesia ini perlu adanya public relation yang ada dalam pemerintahan untuk menangani krisis ini.

Mengapa untuk menaggulangi krisis adalah tugas PR, karena menurut H.Fayol (dalam Nova,2009), sasaran tugas PR adalah sebagai berikut :

1. Membangun identitas dan citra perusahaan (menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif), mendukung kegiatan timbale balik dua arah dengan berbagai pihak.

2. Menghadapi krisis (menangani keluhan dan menghadapi krisis dan public recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.

3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan .

Dengan melihat tugas PR ini dapat disimpulkan bahwa hal yang terpenting adalah menangani krisis persepsi public di Indonesia mengenai pemerintahan dengan memberikan image positif kembali dan memunculkan kembali kepercayaan public terhadap Indonesia itu sendiri.

Perlu kita ketahui bahwa tidak semua krisis itu merupakan krisis Publik Relation, yang dikatakan krisis public relation itu apabila krisis tersebut diketahui public dan mengakibatkan munculnya persepsi negative terhadap sebuah perusahaan atau institusi (Nova, 2009).

Dari pernyataan di atas krisis yang terjadi di Indonesia saat ini adalah termasuk krisis Publik Relation, oleh karena itu perlu penanganan oleh PR professional untuk mengembalikan lagi persepsi public terhadap Indonesia itu sendiri.

Jika kita melihat lagi Indonesia belakangan ini, public sangat di pengaruhi oleh media, media apapun berlomba-lomba menyajikan berita-berita kontroversial, bahkan menurut media "a bad news is a good news". Seperti saja kasus korupsi, dimana masing-masing media saling berkompetisi menjual berita korupsi yang dikemas semenarik mungkin sehingga hal ini dapat saja membuat public berpersepsi buruk bahwa betapa kotornya pemerintahan kita. Padahal tidak seperti itu kenyataannya, banyak hal lain yang sebenarnya baik hanya saja tidak di blow up ke media.

Misalnya saja memang korupsi di Indonesia sangat merajalela tetapi ada beberapa keberhasilan di Indonesia yaitu dengan adanya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang sangat gencar memberantas korupsi. Sehingga angka Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dirilis oleh Transparency International dari tahun ke tahun semakin naik. Menurut Teten Masduki (http://www.ti.or.id) IPK adalah Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dimana ada 180 negara yang masuk dalam pengukuran CPI 2009. Indeks pengukuran memiliki skala dari 0 (sangat korup) - 10 (sangat bersih). Dari tahun ke tahun Indonesia mengalami kenaikan angka IPK tahun 2008 angak IPK Indonesia berada pada 2,0, sedangkan di tahun 2009 naik 0,8 menjadi 2,8 dan pada tahun 2011 naik lagi menjadi 3,0. Hal ini dapat dikatakan sebagai prestasi Indonesia dalam memberantas korupsi. Bahkan penulis yakin 10-15 tahun kedepan korupsi akan semakin kecil nilainya.

Hal-hal positif seperti ini seharusnya yang ditonjolkan dalam pemberitaan, sebuah bad news harus dikatakan sebagai bad news dan good news is a good news.

Peran PR harus juga mengetahui isu-isu yang sedang berkembang di dalam masayarakat, sehingga dapat mengambil langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Media saat ini penentu bagaimana persepsi public. Tetapi karena media sekarang merupakan alat politik bagi pengusaha maka dengan seenaknya mereka dapat menentukan agenda apa yang ingin diberikan ke public, bukan karena mana yang publik inginkan tetapi media saat ini menyajikan apa yang pemilik inginkan. Oleh karena itu perlu adanya peran pemerintah yang bersih untuk benar-benar mengurus mengenai media. Karena media dapat menjadi alat sebagai pemersatu bangsa dan alat memperbaiki citra Indonesia dimata rakyat Indonesia. Karena media saat ini merupakan barang yang penting dimana lapisan masyarakat sudah mempunyai alat tersebut.

Balik lagi mengenai peran PR untuk menangani krisis yang ada di Indonesia, salah satunya persepsi publik. Dalam krisis Publik relation media adalah faktor penting yang dapat mentrasformasi krisis internal menjadi krisis publik, seperti paparan-paparan masalah di atas. Karena di blow up oleh media, krisis yang sebenarnya kecil dan sederhana dapat menjadi suatu hal yang dibesar-besarkan oleh media.

Sebuah mimpi yang baik untuk Indonesia kedepan juga adalah masyarakat sudah melek media, jadi apa yang disodorkan oleh media tidak ditelan mentah-mentah dan mereka sendiri dapat mengolah itu mana yang baik dan mana yang tidak baik. Hal ini juga dapat menjadi fungsi PR agar Literacy media dikumandangkan di Indonesia.

Apa yang harus para PR lakukan mungkin ada beberapa langkah yang harus dilakukan, adakalanya perubahan lingkungan menuntut suatu perusahaan atau institusi melakukan perubahan visi dan misi, pergantian pemimpin atau bahkan restrukturisasi dalam perusahaan itu. Untuk itu seringkali hal ini berujung pada dilakukannya repositioning (Prayudi dan Juanita, 2005).

Repositioning sendiri berarti sebuah usaha suatu perusahaan atau institusi yang ingin melihat lagi bagaimana pandangan masyarakat mengenai perusahaan itu, dan bagaimana pula Perusahaan atau institusi tersebut memposisikan dirinya ditengah-tengah masyarakat. Selain itu fungsi dari repositioning ini juga dapat digunakan untuk membentuk citra positif dan kepercayaan dari masyarakat kepada Institusi atau perusahaan itu (Prayudi dan Yuanita, 2005).

Indonesia sebagai sebuah perusahaan mempunyai tujuan kembalinya citra positif Indonesia di mata masyarakat atau bangsa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu repositioning sangat penting dilakukan.

Untuk membangun positioning yang tepat, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, misalnya seperti pernyataan yang dijelaskan oleh Hermawan Kertajaya : (Prayudi dam Yuanita, 2005) :



  1. Positioning yang dibuat haruslah dipersepsi secara positif oleh para pelanggan


  2. Positioning harus mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Jangan merumuskan positioning yang tidak mampu dipenuhi baik oleh produk maupun perusahaan, karena perusahaan akan dicap berbohong kepada publik.


  3. Positioning harus unik, dan tidak mudah ditiru oleh kompetitor. Harus sustainable dan jangka panjang


  4. Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan dalam lingkungan yang ada.

Repositioning ini dapat juga menjadi satu langkah untuk menangani krisis yang terjadi di Indonesia.

Intinya dari tulisan di atas ingin memberi gambaran bahwa ada sebuah harapan yang tinggi mengenai Indonesia 10-15 tahun kedepan, kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahannya sendiri membaik dengan Indonesia menjadi tuan rumah di negara sendiri.

Krisis yang terjadi di Indonesia hendaknya jangan dianggap remeh oleh bangsa ini, segera selesaikan dan sangat perlu peran pemerintah untuk meregulasi agar semua berjalan dengan baik dan sistematis. Cara ekstrim untuk mengganti presiden dan mengubah sistem yang ada mungkin akan menjadi solusi alternatif, dimana anak muda-anak muda yang cerdas dan independen tanpa berbau - bau orde baru dapat diberikan amanah untuk memegang pucuk kepemimpinan di negeri ini. Pejabat-pejabat yang bersih harus dihargai dengan baik, butuh kesadaran dari berbagai

macam pihak untuk mensukseskan pemerintahan bersih ini. Mulai diri sendiri, mulai dari lingkungan yang terdekat dan mulai dari sekarang.

Pribadi-pribadi bangsa Indonesia inilah yang seharusnya juga menjadi PR-PR Indonesia itu sendiri, jangan hanya memaki, jangan hanya mencaci, jangan hanya mengkritik, masukilah rongga-rongga pemerintahan dan benahi bagian terdalamnya juga sistem yang ada. Butuh adanya motivasi dari diri Indonesia, untuk memajukan Indonesia dimata rakyat kita sendiri, agar kita nyaman dan merasa memiliki "rumah" kita ini dengan menjaga dan mempertahankan sebuah keindahan dan keberagaman itu. Indonesia dari kita, untuk kita dan oleh kita.

E. Daftar Pustaka

Cutlip, Scott, M.et.al. Effective Public Relations. Edisi kesembilan. Jakarta : Kencana.

Irwansyah. 2011. Corporate and Marketing Communication. Jakarta : Pusat Studi Komunikasi dan Bisnis

Program Pasca Sarjana Universitas Mercu Buana.

Nova, Firsan. 2009. Crisis Public Relation. Bagaimana PR menangani Krisis Perusahaan. Jakarta :

Grasindo.

Sarjadi dan Rinakit. 2004. Meneropong Indonesia 2020. Pemikiran dan Masalah kebijakan. Soegeng

Sarjadi Sindikat. Jakarta: PT. Meta Adi Citra kreasi.

Prajudi dan Juanita. Strategic Corporate Communication dalam Proses Repositioning dan Rebranding.

Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 2. No.2. Desember 2005, hal 159-176.

Website :

(http://www.indonesia.go.id)

(http://kbbi.web.id)

(http://news.liputan6.com/read/439905/sby-terima-dua-penghargaan-di-as)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun