"Aku adalah roh yang terjebak di antara dunia ini dan dunia berikutnya," kata Aruna dengan suara yang sangat pelan, hampir seperti bisikan. "Dulu, aku hidup di desa ini, dan aku memiliki seseorang yang sangat kucintai. Namun, kebahagiaan kami tidak bertahan lama. Aku meninggal karena sebuah tragedi yang mengerikan, dan sejak itu, jiwaku tidak bisa pergi."
Lila merasa tubuhnya merinding mendengar cerita Aruna. "Tragedi apa yang terjadi padamu?"
"Aku dibunuh," jawab Aruna, suaranya bergetar. "Orang yang aku percayai menghianatiku. Cintaku sendiri yang mengakhiri hidupku."
Lila terdiam, hatinya terasa sakit mendengar pengakuan itu. Ia tidak pernah menyangka bahwa di balik senyuman lembut Aruna, tersembunyi luka yang begitu dalam.
"Setelah kematianku, aku terjebak di sini, di bukit ini, tempat di mana aku dulu sering menghabiskan waktu bersama orang yang kucintai. Aku selalu menunggu, berharap bisa menemukan kedamaian, tapi aku tidak pernah bisa."
Lila menatap Aruna dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa kamu tidak bisa pergi?"
"Karena hatiku belum sepenuhnya ikhlas," jawab Aruna pelan. "Aku masih terikat oleh rasa sakit dan pengkhianatan. Dan aku juga terikat oleh kenangan---kenangan tentang cinta yang seharusnya tidak pernah ada."
Lila tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa duduk di samping Aruna, merasakan beban yang selama ini wanita itu bawa sendirian.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?" tanya Lila, suaranya bergetar.
Aruna tersenyum tipis. "Terima kasih, Lila. Kamu sudah banyak membantuku hanya dengan menjadi teman dan mendengarkan ceritaku. Tapi, mungkin inilah akhirnya. Aku harus pergi."
"Pergi kemana?"