Saat fajar menyingsing, mereka akhirnya berhenti di sebuah taman tua yang penuh dengan tanaman liar. Wanita itu berdiri di tengah taman, menatap ke arah sebuah batu besar yang tertutup lumut. "Ini dia," katanya dengan lembut. "Saya merasakannya di sini."
Melati melihat batu itu dengan cermat, lalu memperhatikan bahwa ada ukiran yang samar di permukaan batu. Dengan bantuan wanita itu, mereka membersihkan lumut dan menemukan sebuah ukiran yang menggambarkan dua hati yang saling berpegangan tangan.
Wanita itu menatap ukiran itu dengan penuh haru. "Ini dia. Ini adalah tanda yang saya cari selama ini."
Melati tidak bisa menyembunyikan rasa keingin tahuannya. "Apa arti ukiran ini?"
Wanita itu meneteskan air mata. "Ini adalah tanda cinta yang abadi. Beberapa tahun yang lalu, saya kehilangan seseorang yang sangat saya cintai. Saya berjanji untuk menemukan tanda ini sebagai simbol bahwa cinta kami tidak akan pernah hilang, bahkan setelah semua ini."
Melati merasa terharu mendengar cerita itu. "Saya senang bisa membantu Anda menemukan apa yang hilang."
Wanita itu tersenyum penuh syukur. "Terima kasih. Dengan menemukan tanda ini, saya merasa seolah-olah bisa melanjutkan hidup saya dan melepaskan masa lalu."
Saat hujan mulai reda, Melati dan wanita itu duduk di bawah pohon besar di taman. Mereka berbicara tentang kehidupan, cinta, dan bagaimana setiap orang memiliki cerita mereka sendiri. Melati merasa bahwa kehadirannya di kota kecil ini bukan hanya tentang mencari tempat baru, tetapi juga tentang menemukan makna dari setiap pengalaman.
Hari itu, di bawah sisa hujan yang masih menetes, Melati memahami bahwa terkadang, apa yang kita cari bukan hanya tentang benda atau tempat, tetapi tentang perasaan dan kenangan yang menyentuh hati.
Sumbawa, 6 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H