Jauh sebelum Ridwan Kamil menggunakan otoritasnya untuk mengurangi sampah, di Bandung bermunculan komunitas peduli lingkungan. Mereka mengedukasi anggota masyarakat lainnya dengan target dan caranya masing-masing.
Salah satunya adalah Greeneration Indonesia yang terkenal dengan jargon 'diet kantong plastik', Sejak tahun 2011 mereka mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan mendorong pemerintah memberlakukan peraturan kantong plastik berbayar.
Berhasil?
Lumayan, saya menulisnya di sini:
Napak Tilas Larangan Kantong Plastik Gratis di Indonesia
Disebut lumayan karena uji coba selama beberapa bulan tersebut dihentikan. Alasannya payung hukumnya belum siap.
Dari diskusi singkat dengan beberapa perwakilan peritel modern, terungkap bahwa kantong plastik yang selama ini dianggap gratis oleh konsumen, sebetulnya masuk pos biaya, dan tentu saja dibebankan pada konsumen.
Ketika konsumen harus membayar harga kantong, urusannya jadi ribet, sebab akan muncul arus kas masuk dari hasil penjualan kantong plastik.
Tapi kok Superindo lancar-lancar aja ya? Sejak dicanangkan pelarangan kantong plastik gratis, supermarket yang buah-buahannya selalu segar dan murah ini (walah malah promosi :D), tak pernah sekalipun menghentikan peraturan kantong plastik berbayar.
Dampaknya sangat positif. Bukan pemandangan asing jika ada konsumen Superindo menenteng buah pisang, beras dalam kemasan 5 kg, serta belanjaan lain. Konsumen lainnya membawa reusable bag trendy yang berwarna warni. Ada juga yang membawa reusable bag yang bertuliskan seminar ini dan itu.
Saya menebak Superindo menghapus kantong plastik dari pos biaya, dan mengubahnya sebagai barang dagangan seperti susu, permen dan lainnya. Sesederhana itu.