Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Fiksi Kuliner) Asal Mula The Three Musketeers

9 Juni 2016   05:17 Diperbarui: 9 Juni 2016   10:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tuan Putri mau ikut hamba? Ada pasar malam di luar istana. Disana ada banyak makanan. Cobalah, Tuan Putri mungkin bosan menyantap makanan istana sehingga selalu muntah.”

“Ada makanan apa di pasar malam?”

“Oh bermacam-macam. Ada combro, bulatan parutan singkong yang diisi tumisan oncom kemudian digoreng. Ada cilok, bulatan aci yang dicolok dengan sambal kacang. Ada putri noong, bulatan parutan singkong yang berisi pisang, dikukus dan dibalut parutan kelapa”.

“Ah, nampaknya menggiurkan. Tapi bagaimana caranya? Badanku lemah sekali”.

“Hamba siap menggendong Tuanku Putri. Ayolah. Jika nanti berhasil makan, tentunya badan Tuanku Putri akan kuat kembali untuk berlari-lari seperti sedia kala”.

Akhirnya dengan berbalut mantel, Sang Putri keluar istana bersama Bon-bon. Rupanya dia cukup kuat untuk tidak digendong. Mungkin semangatnya yang begitu besar untuk sembuh menjadikan Sang Putri mampu berjalan walaupun terhuyung-huyung dan dipapah Bon-bon.

Dan haiiii …… indahnya dunia!!!

Sang Putri takjub melihat keriuhan pasar malam. Ada berbagai makanan disini, tidak hanya kue-kue yang diceritakan Bon-bon tapi juga masakan dengan harumnya yang menggoda. Mulai dari sate, mi bakso, empal gentong hingga soto betawi. Kesemuanya terlihat maknyus dan menggoda tapi Sang Putri hanya melihat, tak ingin menyantapnya. Dia malah tertarik pada sekumpulan perhiasan terbuat dari kerang dan perca kain. Sehingga akhirnya Sang Putri dan Bon-bon terpisah oleh gelapnya malam dan riuhnya pengunjung pasar malam.

Ketika tersadar, langkah putri ternyata mulai memasuki lorong-lorong perumahan yang tak dikenalnya. Rasa takut mulai menghinggapi. “Ah kemana Bon-bon, kenapa aku tadi tak memegang tangannya erat-erat?’ sesalnya dalam diam.

Secercah sinar nampak dikejauhan. Terdengar suara perempuan menyenandungkan kerinduan pada bulan purnama.

“Akhirnya ……”, bergegas Sang Putri mendatangi sinar lampu yang ternyata berasal dari sebuah jendela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun