Dinda menyanggah sepeda motornya dan masuk ke dalam rumah. Pria itu mengambil alih sepeda motor dan memasukkannya ke dalam rumah.
"Mas, laper lagi, nggak?" tanya Dinda yang sedang mengeluarkan beberapa bungkus mi instan dari tas sandangnya.
"Enggak sih. Tapi mau deh, kalo kamu masak mi," jawab pria itu mendekati Dinda.
"Aku bukan mau masak mi. Ini ada makanan titipan temanku." Dinda mengeluarkan sebuah kotak makanan dari dalam tasnya. Pria itu terkekeh ringan. "Kok ketawa?" tanya Dinda heran.
"Habis kamu nanya sambil ngeluarin mi instan, kirain mau makan mi instan," terang pria itu.
"Enggak, Ndut. Ini bonus dari kerjaan. Besok mau dijual. Kamu 'kan nggak bisa makan mi instan," lanjut Dinda yang hanya dijawab dengan anggukan oleh pria itu.
Ndut? Gendut maksudnya? Tidak. Lebih tepatnya bengkak.Â
"Mas udah masak air buat mandi kamu tuh, mandi gih," perintah pria itu lagi.
"Uuu... Mas Danangku, Sayang. Kan aku selalu bilang, biar aku masak sendiri. Mas nggak boleh terlalu capek," protes Dinda sambil mencubit hidung pria yang ternyata bernama Danang itu.
"Mas nggak capek. Cuma manasin air mandi. Nggak sebanding sama kerja keras kamu gantiin Mas cari nafkah," jawab Mas Danang yang membuat tatapan mereka berubah menjadi sendu. Sebetulnya, Dinda sangat menghindari topik ini. Akhirnya ia mengecup pipi suaminya dan beranjak menuju kamar mandi.
Seleai mandi, Dinda mendapati Danang sudah menyajikan nasi dan lauk yang baru saja dibawanya dari titipan temannya. "Kok jadi Mas yang beresin, sih? Aku aja, Mas," protes Dinda.