Mohon tunggu...
Marfi Nasrullah
Marfi Nasrullah Mohon Tunggu... Lainnya - SIswa

dukung saya dengan membaca hasil karya saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

War is The Beginning of Life

21 November 2021   18:27 Diperbarui: 21 November 2021   18:36 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                serdadu belanda telah sampailah kepada gerbang distrik ciburuy di bukit malv dengan kekuatan penuh, kami tak kuasa membendung kekuatan yang tak sepadan. Bagai Lava di tengah kota, mereka hancurkan logistik,transportasi hingga alutsista kami hingga tandas, yang tersisa hanyalah jiwa raga.

                "kita akan gunakan Taktik perang satu lambung, jangan biarkan keadaan semakin rancu. Ini medan tempur bukan medan ajang kesedihan. Bangkit" teriak kapten tjotko

                Kami pun mengikuti arahan kapten tjotko, 1 kompi yang dibawahi tjotko berisikan 250 orang. Berbeda jauh dengan serdadu pihak kincir angin yang mengirim brigade yang terdiri dari batalyon infantri, batalyon kavaleri serta batalyon perhubungan yang total personilnya 4000 orang.

                Sebelum memulai taktiknya, Kapten tjotko menyuruh anggotanya untuk berdoa sebelum melangkah dan bersiap untuk mati demi negara. Kapten tjotko memberi mandat kepada LetdaClips xavender untuk memimpin peleton di garda terdepan untuk menahan serangan belanda sehingga kapten tjotko dan pasukannya akan bertugas menjadi kekuatan utama untuk menghancurkan lambung musuh.

                Korban berjatuhan di kedua belah pihak, Alutsista darat musuh seperti panser, tank, kendaraan lapis baja, artilery berhasil kami hancurkan kekuatannya . Wilayah bukit malv yang lumayan dekat dengan arah laut membuat serdadu Angkatan laut belanda  diuntungkan dengan mengirimkan frigates, corvets, kapal selam, dan kapal penghancur membuat kami kewalahan tak berdaya.

                Kami hanya pasrah sambil berdoa karena perbekalan dan logistik kami sudah benar benar habis dan banyak dihancurkan oleh mereka. Kaburpun bukan jalan yang terbaik karena di sekeliling distrik sudah di blokade oleh serdadu musuh. Rumah warga sipil juga sudah seperti sebuah arang yang telah gosong akibat mortir mortir yang mereka luncurkan seperti air hujan.

                Kapten tjotko menyuruh beberapa pasukan untuk bertahan sedangkan ia akan menghubungi markas besar untuk meminta bantuan dengan cara memakai radio an/prc-77. Ia secara termin mundur untuk mencari tempat aman agar bisa menghubungi mabes dengan aman dan terkendali. Bantuan Mabes ternyata mereka akan mengirimkan bantuan AL yang dipimpin Laksamana Muda yos sudarso, bantuan akan datang 2 hari dari hari mereka meminta bantuan.

                Aku baru pertama kali melihat kapten tjotko berkeluh kesah hingga menitikan air mata. Ia benar benar sedih karena bantuan cukup lama di saat mintakan bantuan, tak ayal jika mereka akan di bantai oleh pihak serdadu. Kapten tjotko Menyuruhku untuk memimpin regu ke wilayah Sadang He di wilayah utara ciburuy untuk membawa para warga sipil. Sedangkan ia akan kembali memimpin di kekuatan utama.

Aku pun menerima mandat itu dengan segala kehormatanku, aku pun membawa personel yang beranggotakan 30 orang itu lalu membantu warga sipil yang masih selamat untuk menuju sadang He. Jarak antara Ciburuy dengan Sadang He hanya 2 kilometer. Di wilayah darat menuju sadang he diblokade oleh serdadu belanda. Kami terpaksa menggunakan jalur danau untuk menuju kesana.

Walaupun para serdadu melihat kami di danau tapi mereka tertahan oleh pasukan Letda Clips Xavender yang membuat mereka tergisil dan tertekan. Kami berhasil mengamankan para warga sipil dengan selamat tiada korban yang berjatuhan Disisi lain setelah sekian jam kami mendapati luka yang mendalam dikarenakan berita kabar buruk bahwa dikatakan Letda Clips xavender meninggal dengan tembakan musuh yang brutal tiada ampun. Kapten tjotko yang mendegar jikala para personilnya banyak yang gugur, mengisyaratkan kepada mereka untuk mundur berangsur ke wilayah barat ciburuy yaitu westelijke hoek ciburuy

Saking stres dan terdesaknya kami pihak pejuang, sebagian dari kami ada yang memutuskan untuk membom bunuh diri musuh, para pembom itu ada yang memberikan surat kepada keluarga, ibu, ayah, kekasih, anak, dan ke yang bersangkutan lainnya sehingga menetes air mata ini. Pedihnya penjajahan, kejam nya para binatang buas belanda itu yang memangsa kami yang sudah tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun