Mohon tunggu...
Mardiana Hayati
Mardiana Hayati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog kemarin sore, yang terus belajar supaya makin kece :)

Hai, nama saya Dian! Psikolog yang bekerja di RSUP Fatmawati, Jakarta. Suka ngobrol dan menulis. Yuk, kenalan dengan saya! Add ig @mardiana_hayati_solehah

Selanjutnya

Tutup

Kkn Artikel Utama FEATURED

Cara Mengidolakan dengan Asyik Tanpa Fanatik

11 Oktober 2020   11:49 Diperbarui: 31 Juli 2024   14:40 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tingkat ini, fans merasa memiliki keterkaitan khusus dengan sang idola dan seolah bisa merasakan apa yang tengah dialami sang idola.

Fans yang bisa ikut sedih saat idolanya diterpa gosip, idolanya putus cinta, atau geram saat idolanya dihina, bisa jadi sudah berada di tingkat ini. 

Fans di tahap ini pun kerap merasa bersalah bila menganggap tidak bisa mendukung idolanya, seperti terlambat streaming video atau terlupa menonton satu episode reality show. Fans tahap 2 juga kerap memaksakan orang lain untuk turut menyukai idola mereka.

3. Borderline-pathological

Pada tingkat ini, fans sudah membentuk suatu keyakinan bahwa idolanya adalah pusat kehidupannya. Mereka memiliki fantasi bahwa ia memiliki kedekatan khusus dengan sang idola dan saat ia mengalami kesulitan, idola tersebut akan datang membantunya.

Fans pada tahap ini dapat dikategorikan sebagai fanatik, karena ia akan melakukan apapun untuk membuktikan cintanya  pada sang idola.

Fans di level 3 bisa mendedikasikan hidupnya untuk idola, seperti menghabiskan seluruh waktu, uang, dan perhatiannya pada sang idola. Beberapa di antara mereka bahkan bisa menguntit idolanya ke mana pun. 

Beberapa fans meneror sang idola maupun orang-orang yang dekat dengan sang idola, karena menganggap idolanya adalah “suami” atau “istri” dan tidak boleh ada yang memiliki idola tersebut.

Semakin tinggi tahapan pemujaan, individu dapat dikatakan sudah mengalami adiksi, yang menyebabkannya gagal mengendalikan dorongan diri, cenderung tidak fokus menjalankan aktivitas rutin, dan kesulitan untuk menjalin relasi dengan orang lain, terutama relasi romantis, secara sehat (Mc.Cuthcheon dkk, 2016). 

Ngidol adalah suatu fase kehidupan yang umum dialami oleh tiap individu. Ngidol bisa mendatangkan manfaat, seperti sarana rekreasi untuk menghilangkan penat, memiliki topik obrolan yang menarik dengan teman-teman sesama fans, dan menjadi sumber inspirasi untuk berkarya, maupun mencontoh perilaku baik dari idola. 

Ngefans itu boleh saja, asal tidak menjadi fanatik. Sahabat, coba cek diri kalian masing-masing, apakah perilaku ngidol kalian masih tergolong wajar atau sudah keterlaluan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun