Memperkenalkan sorgum sebagai alternatif karbohidrat yang menarik pengganti beras, tidak bisa mengabaikan tantangan yang dihadapi. Tantangan utama itu adalah bagaimana memperkenalkan sorgum ke dalam budaya makan yang sudah mapan.
Beras dianggap sebagai sumber karbohidrat yang elegan. Gak makan nasi berarti belum makan sekalipun sudah menghabiskan empat potong roti.
Budaya makan sudah terbentuk bertahun-tahun, dan seringkali sulit untuk mengubahnya.Â
Sorgum, meskipun memiliki banyak manfaat, mungkin tidak sepopuler beras dalam kebiasaan makan sehari-hari. Perubahan kebiasaan makan dapat membutuhkan waktu dan usaha yang besar, baik dari konsumen maupun dari industri makanan.
Selain budaya makan, tantangan lainnya adalah soal rasa. Memang betul sorgum tidak seenak beras. Hal ini karena sorgum punya kandungan tanin yang tinggi.
Tanin pada sorgum inilah yang memberi rasa sepat dan warna kusam pada hasil olahan sorgum. Tapi tantangan rasa dan warna ini masih bisa diatasi.
Jadi hanya tinggal soal budaya makan saja yang menjadi tantangan utama dalam memanfaatkan sorgum sebagai pengganti beras. Mau atau tidak tergantung kita.
Sumber:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H