Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sorgum, Menuju Kesehatan dan Kemandirian Pangan di Indonesia

21 Februari 2024   14:35 Diperbarui: 14 Maret 2024   15:16 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras sawah yang menguning/Foto oleh Quang Nguyen Vinh/Sumber: https://www.pexels.com

Ironi memang yang katanya "tanah surga" tapi kok beras harganya naik. Tidak salah sih petikan penggalan lagu itu. Memang betul apa yang ditanam di tanah pasti tumbuh, bukan cuma padi saja. 

Sudah teruji sumber karbohidrat bukan cuma padi. Singkong, kentang, sagu, jagung, ubi, apapun nama khasnya, sumber karbohidrat itu macam-macam dan bisa ditemui di Indonesia.

Tapi sudah biasa itu, jika sumber karbohidrat selain beras yang disebutkan sebelumnya sering jadi sumber pangan. Tapi ada sumber lain, yang mampu hidup di lingkungan ekstrim, gampang dirawat, tidak boros air, dan sudah ada sejak lama.

Hanya saja entah mengapa dilupakan, padahal punya manfaat yang baik untuk kesehatan selain sebagai sumber karbohidrat. Tanaman itu adalah garai yang secara ilmiah, memiliki 30 jenis atau spesies dengan genusnya Sorghum L.

Meskipun sering kali dianggap sebagai pakan ternak, sorgum punya potensi besar sebagai sumber nutrisi yang berharga bagi manusia. Melalui tulisan ini, kita akan coba melihat potensi besar yang dimiliki sorgum sebagai sumber nutrisi yang kaya dan berkelanjutan.

Ibu dan anak bermain di tengah ladang sorgum/Foto oleh  Breno Cardoso/Sumber: https://www.pexels.com
Ibu dan anak bermain di tengah ladang sorgum/Foto oleh  Breno Cardoso/Sumber: https://www.pexels.com

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Menurut data BPS (2019-2020) yang dikutip dari laman Indonesia.go.id edisi 7 September 2022, Indonesia punya lima propinsi penghasil sorgum. 

Kelima propinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Produksinya dalam lima tahun terakhir naik dari 6.114 ton menjadi 7.695 ton.

Sorgum, tanaman serealia memiliki karakteristik yang menarik bagi para peneliti dan pecinta lingkungan. Sorgum tumbuh subur di berbagai kondisi iklim, dan menjadi pilihan yang menjanjikan dalam upaya menjaga ketahanan pangan.

Keunikan sorgum tidak hanya terletak pada kemampuannya untuk tumbuh di lingkungan yang beragam, tetapi juga dalam toleransinya terhadap tantangan lingkungan. Dia toleran terhadap kekeringan, sehingga cocok untuk daerah-daerah yang mengalami kondisi cuaca ekstrem.

Sorgum tergolong hemat air, sehingga mengurangi tekanan terhadap sumber daya air yang semakin berkurang. Kemampuannya untuk tumbuh di tanah yang kurang subur membuatnya menjadi pilihan bagi para petani di daerah dengan kondisi tanah yang sulit.

Tapi apakah dia punya nutrisi yang sama dengan singkong, kentang, jagung, yang sudah terkenal dan biasa dikonsumsi sebagai pengganti beras?

Nah, berikut ini jawabannya!

Potensi Sorgum sebagai Sumber Nutrisi yang Berharga

Sorgum bukan hanya menjadi pilihan yang menarik dari segi keberlanjutan, tetapi juga punya potensi besar sebagai sumber nutrisi yang bernilai bagi kesehatan manusia.

Apa saja kandungan nutrisi sorgum ?

  • Serat: Sorgum punya serat yang lebih tinggi daripada beras dan gandum. Serat membantu kesehatan pencernaan, mencegah stasis bowel (peradangan usus), dan menekan risiko penyakit pencernaan.
  • Protein: Komposisi protein dalam sorgum cukup mendukung kebutuhan nutrisi harian, walaupun bukan sebagai sumber protein utama.
  • Antioksidan alami: Fenolik dan flavonoid yang terkandung dalam sorgum memiliki efek antioksidan melawan radikal bebas.
  • Nutrisi lain : Sorgum mengandung zat besi, magnesium, vitamin B, dan kalsium, untuk menjaga imunitas, metabolisme, dan regenerasi saraf.
  • Gluten Free: Sorgum bebas gluten, sehingga aman untuk orang yang sensitif terhadap gluten.

Analisis nutrisi sorgum tadi menunjukkan bahwa sorgum kaya akan serat, protein, dan antioksidan alami, menjadikannya pilihan yang menarik untuk dimasukkan ke dalam pola makan sehari-hari.

Lantas bagaimana dengan status sorgum sebagai alternatif karbohidrat pengganti beras ?

Semangkuk pasta/Foto oleh Engin Akyurt/Sumber: https://www.pexels.com
Semangkuk pasta/Foto oleh Engin Akyurt/Sumber: https://www.pexels.com

Alternatif Karbohidrat yang Menjanjikan

Dibandingkan dengan sumber karbohidrat tradisional seperti beras dan kentang, sorgum memiliki beberapa keunggulan yang patut dipertimbangkan.

Sorgum tumbuh dengan baik di daerah dengan kondisi beragam, seperti daerah yang mengalami kekeringan dan juga tanah yang kurang subur, membuatnya menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan dalam jangka panjang.

Sementara kentang, dan beras butuh kondisi tertentu. Beras misalnya memerlukan air yang cukup banyak, sementara tidak semua wilayah banyak air. 

Kentang butuh ketinggian dan suhu tertentu. Sekalipun kentang bisa hidup di Indonesia, namun tidak semua wilayah punya kondisi iklim yang sesuai untuk kentang. 

Itu dari sisi keberlanjutan. Ada juga sisi fleksibilitas.

Fleksibilitas ini terlihat dari penggunaan sorgum dalam berbagai resep dan makanan sehari-hari. Dari penggunaan tepung sorgum dalam pembuatan roti dan kue, hingga sorgum utuh yang dapat digunakan sebagai alternatif nasi. 

Kemampuannya untuk diolah menjadi berbagai hidangan lezat menjadi peluang untuk memasukkan sorgum ke dalam pola makan yang lebih beragam dan menarik.

Harga beras yang naik ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaaranya iklim. Negara-negara pengimpor beras mengalami kesulitan dengan iklim sehingga sudah tentu diutamakan dulu negerinya. 

Sementara itu, faktor yang sama juga mempengaruhi produksi beras di Indonesia. Jadi kira-kira begini kondisinya, produksinya belum mampu mencukupi dan harus diimpor, sementara negara pengimpor juga butuh.

Indonesia punya lumbung sorgum yang bisa menjadi alternatif sumber karbohidrat. Sorgum sebagai pengganti beras itu sangat bisa. Alternatif sumber karbohidrat ini sudah menjadi sumber pangan di beberapa wilayah Indonesia, jadi sepertinya tinggal selera saja, mau atau tidak.

Membawa Sorgum ke dalam Budaya Makan yang Sudah Mapan

Memperkenalkan sorgum sebagai alternatif karbohidrat yang menarik pengganti beras, tidak bisa mengabaikan tantangan yang dihadapi. Tantangan utama itu adalah bagaimana memperkenalkan sorgum ke dalam budaya makan yang sudah mapan.

Beras dianggap sebagai sumber karbohidrat yang elegan. Gak makan nasi berarti belum makan sekalipun sudah menghabiskan empat potong roti.

Budaya makan sudah terbentuk bertahun-tahun, dan seringkali sulit untuk mengubahnya. 

Sorgum, meskipun memiliki banyak manfaat, mungkin tidak sepopuler beras dalam kebiasaan makan sehari-hari. Perubahan kebiasaan makan dapat membutuhkan waktu dan usaha yang besar, baik dari konsumen maupun dari industri makanan.

Selain budaya makan, tantangan lainnya adalah soal rasa. Memang betul sorgum tidak seenak beras. Hal ini karena sorgum punya kandungan tanin yang tinggi.

Tanin pada sorgum inilah yang memberi rasa sepat dan warna kusam pada hasil olahan sorgum. Tapi tantangan rasa dan warna ini masih bisa diatasi.

Jadi hanya tinggal soal budaya makan saja yang menjadi tantangan utama dalam memanfaatkan sorgum sebagai pengganti beras. Mau atau tidak tergantung kita.

Sumber: 

[1],[2],[3],[4]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun